Tingginya biaya hidup menjadi fokus utama pemerintah Perdana Menteri (PM) Sanae Takaichi. Dia mengumumkan paket ekonomi pertamanya pekan lalu untuk mengatasi masalah tersebut.
Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri melaporkan data lain yang dirilis Jumat bahwa produksi industri naik 1,4% pada Oktober dibandingkan September, melampaui perkiraan konsensus penurunan 0,6%, tetapi naik 1,5% dari tahun sebelumnya.
Selain itu, tingkat pengangguran tetap stabil di angka 2,6% dan rasio lowongan kerja terhadap pelamar sedikit turun menjadi 1,18 pada Oktober. Artinya, ada 118 lowongan kerja yang ditawarkan bagi setiap 100 pelamar.
Dalam wawancara dengan Bloomberg pekan ini, pemimpin serikat buruh terbesar di Jepang, Tomoko Yoshino mendesak pemerintah Takaichi melakukan lebih banyak upaya guna memerangi inflasi, sebab yen bisa membantu inflasi terus melampaui pertumbuhan upah nominal. Upah riil telah turun selama sembilan bulan terakhir.
Takaichi mengumumkan paket stimulus ekonomi Jumat lalu dengan total pengeluaran baru sebesar ¥17,7 triliun (US$113 miliar). Fokusnya pada upaya mengatasi kenaikan biaya hidup melalui langkah-langkah, seperti memperluas subsidi utilitas dan memotong pajak bahan bakar.
SMBC Nikko Securities memperkirakan dampak langsung dari langkah-langkah tersebut akan mengurangi 0,38 poin persentase dari indeks harga konsumen (IHK) inti Jepang tahun depan.
(bbn)


































