“Teknologi jembatan kaca ini benar-benar baru di Indonesia, jadi ada penyesuaian dari perencanaan sampai ke pelaksanaan. Untuk materialnya saja, kami sampai melakukan pengujian di Australia untuk memastikan kelayakannya,” ujar Ridwan saat kunjungan jembatan kaca, Rabu (26/11/2025).
Namun material yang telah diuji itu ternyata belum dapat langsung diterapkan pada konstruksi Sukamahi, sehingga tim bersama Kementerian PUPR dan Ditjen Bina Marga harus melakukan pembahasan ulang terkait spesifikasi material.
“Proses-proses itu yang menyebabkan delay event. Jadi tambahan waktu sekitar lima bulan ini diberikan agar seluruh standar keselamatan dan mutu tetap terpenuhi,” jelasnya.
Selain penyesuaian waktu, proyek juga mengalami penyesuaian anggaran, dari semula sekitar Rp185 miliar menjadi sekitar Rp198 miliar, mengikuti kebutuhan material baru serta penyesuaian teknis lainnya.
Dengan progres yang telah mencapai 81,3%, jembatan ini kini memasuki fase penyelesaian utama dan ditargetkan rampung pada Juni 2026, sekaligus siap menjadi ikon wisata baru di kawasan Bendungan Sukamahi.
(dhf)
































