Dia menyampaikan kinerja keuangan Pertamina tersebut menjaga profil permodalan dan arus kas pada level yang sehat, sehingga rasio kredit perseroan tetap berada di level investment grade dengan outlook stable dari 3 lembaga pemeringkat dunia yaitu Moody’s, S&P, maupun Fitch.
“Dengan terjaganya credit metrics utama seperti leverage, debt service capacity, dan likuiditas di tengah dinamika industri energi global,” kata dia.
Perkembangan Merger
Dalam keterangan yang sama, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono menyatakan penggabungan tiga subholding bisnis hilir—PT Pertamina Patra Niaga (PPN), PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan PT Pertamina International Shipping (PIS) — akan dilakukan secara bertahap dan saat ini masih menunggu persetujuan pemangku kepentingan.
“Kami memastikan proses berjalan dengan hati-hati dan sesuai prinsip tata kelola,” ungkap Agung.
Dia kembali menyatakan penggabungan tiga anak usaha Pertamina tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi end-to-end bisnis hilir, mempercepat pengambilan keputusan, dan memperkuat daya saing produk.
“Kami yakin integrasi ini juga akan memperkokoh rantai pasok energi nasional,” klaim Agung.
Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) memproyeksikan laba bersih setelah pajak atau net profit after tax (NPAT) pada tahun ini mencapai US$3,3 miliar atau sekitar Rp54 triliun.
Proyeksi laba sepanjang 2025 itu tumbuh 5,4% dibandingkan dengan realisasi laba bersih pada posisi tahun sebelumnya sebesar US$3,13 miliar.
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menerangkan proyeksi laba sepanjang tahun ini bakal ditopang oleh potensi pendapatan mencapai US$68,7 miliar atau sekitar Rp1.127 triliun.
“Beberapa indikator utama Pertamina tetap mampu mempertahankan stabilitas kinerja melalui efisiensi, respon cepat, dan continuous improvement di seluruh lini operasi,” kata Simon dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi XII DPR, Jakarta, Senin (17/11/2025).
Adapun, Wakil Direktur Utama Pertamina Oki Muraza memproyeksikan EBITDA sepanjang 2025 mencapai US$9,6 miliar atau setara Rp158 triliun.
Di sisi lain, Oki mengklaim Pertamina menjadi badan usaha milik negara (BUMN) yang menyetor dividen ke Danantara terbesar pada 2025.
Oki mengatakan dividen yang telah disetor ke Danantara per September 2025 telah mencapai Rp23 triliun dari laba kinerja 2024 sebesar Rp42,1 triliun.
(azr/wdh)

































