Logo Bloomberg Technoz

Situasi itu, kata dia, membuat ekspor batu bara Indonesia didominasi oleh batu bara kalori rendah sekitar 90%.

Di sisi lain, dia menggarisbawahi, biaya produksi batu bara domestik yang belakangan terus mengalami kenaikan bakal menggerus daya saing batu bara di pasar internasional. Alasannya, struktur biaya batu bara dari sejumlah kompetitor lainnya cenderung stabil.

Dia menuturkan penambang batu bara telah berupaya untuk menjaga efisiensi operasional untuk menjaga tren pelemahan permintaan saat ini.

“Artinya isu kompetitif ini bukan karena produknya tidak cocok, tetapi lebih karena dinamika pasar dan biaya,” tegas Gita.

Perdagangan batu bara kokas dan termal global./dok. Bloomberg

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan batu bara Indonesia kurang kompetitif jika dibandingkan dengan negara produsen batu bara lainnya.

Penyebabnya, ekspor batu bara Indonesia masih didominasi jenis kalori rendah, sementara permintaan dari negara konsumen lebih banyak batu bara berkalori tinggi.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba ESDM Surya Herjuna menjelaskan cadangan batu bara Indonesia mencapai 31 miliar ton, sedangkan potensi sumber daya batu bara Indonesia mencapai 93 miliar ton.

Akan tetapi, Surya menyatakan sekitar 73% cadangan batu bara Indonesia merupakan batu bara kalori rendah. Selanjutnya, hanya 5% yang merupakan kalori tinggi dan 8% sisanya merupakan batu bara kalori menengah.

“Artinya sebenarnya keterdapatan kita untuk menguasai pasar-pasar Asia itu sebenarnya dari segi resources kita itu tidak terlalu kompetitif sebenarnya,” kata Surya di acara Coalindo Coal Conference 2025, awal bulan ini.

Pasokan batu bara kualitas rendah dari Indonesia paling terdampak. (Bloomberg)

Surya menyatakan pemerintah sedang berupaya mengoptimalkan sumber daya batu bara yang dimiliki agar dapat bersaing di pasar internasional.

Termasuk dengan menata kebutuhan batu bara untuk pembangkit dalam negeri yang membutuhkan batu bara kalori menengah hingga tinggi.

“Walaupun kalori rendah juga sekarang banyak diminta oleh pasar,” ucap Surya,

Surya menyatakan negara tujuan ekspor batu bara Indonesia masih didominasi oleh China dan India, tetapi produksi batu bara Indonesia masih belum sebanding dengan kemampuan produksi negara tersebut.

Dia menyatakan China mampu memproduksi sekitar 4 miliar ton batu bara per tahun, sedangkan ekspor batu bara Indonesia ke China hanya sekitar 120 juta ton.

“Jadi artinya sebenarnya penguasaan pasar itu agak semu kita sebenarnya, agak semu di dalam pasar Asia kita,” ungkap Surya.

Dengan begitu, Surya mengklaim Kementerian ESDM sedang mencari solusi agar batu bara Indonesia dapat kembali bersaing di pasar internasional.

“Paling enggak kita bisa carilah bagaimana mekanisme supaya nanti resources kita tidak terlalu dieksploitasi besar, tapi kita mendapatkan harga yang kompetitif,” ucap dia.

Adapun, Kementerian ESDM menetapkan target produksi batu bara pada tahun ini sebanyak 735 juta ton.

Sepanjang Januari—September 2025 ESDM mencatat produksi batu bara Indonesia mencapai 585 juta ton atau terkontraksi 7,47% secara tahunan.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor batu bara sepanjang Januari sampai September 2025 minus 20,85% ke level US$17,94 miliar atau sekitar Rp298,79 triliun (asumsi kurs Rp16.655 per dolar AS).

Kinerja ekspor batu bara secara volume terkoreksi 4,74% ke level 285,23 juta ton sampai periode yang berakhir September 2025, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 299,41 juta ton.

(azr/naw)

No more pages