Lebih lanjut, Founder Bobibos M. Ikhlas mengklaim perusahaannya mampu mengolah jerami menjadi BBM, baik jenis bensin dan solar. Dia mengatakan jerami dari 1 hektare (ha) sawah bisa menghasilkan 3.000 liter BBM Bobibos.
Ikhlas mengklaim jerami tersebut dapat diubah menjadi BBM nabati dengan nilai oktan atau research octane number (RON) setara 98 serta memiliki emisi yang rendah.
“Pemanfaatan jerami sebagai bahan bakar tidak mengganggu produksi beras, justru memberi nilai ekonomi tambahan bagi petani,” tulis Bobibos dalam keterangan tertulis pada sosial medianya.
Ihwal proses pengolahannya, Ikhlas mengklaim jerami yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan serangkaian proses pengolahan melalui mesin yang dirancang perusahaan hingga menjadi bahan bakar.
Dia menyebut salah satu tahap krusial dalam proses tersebut yakni penyuntikan serum khusus yang memungkinkan jerami berubah menjadi energi.
Ikhlas menerangkan terdapat lima tahapan pengolahan hingga akhirnya jerami dapat menghasilkan bahan bakar nabati.
“Jerami dikelola untuk ekstraksi dengan biochemistry, ekstrak tanaman. Gunakan mesin yang memang kami rancang dari nol,” klaim dia.
Ikhlas juga mengklaim telah menguji coba BBM Bobibos jenis bensin dan diesel pada kendaraan bermotor hingga alat pertanian.
“Di Fortuner yang kami pakai — diesel ya, itu 1 liter yang biasa kita pakai 1 liter: 10 km kita jadi 1 liter: 14 km,” ungkap dia.
Sertifikasi
Dalam peluncurannya, pembina Bobibos Mulyadi sempa mengklaim BBM tersebut telah melalui uji sertifikasi dari lembaga resmi dibawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Akan tetapi, hal tersebut dibantah oleh Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman, yang menegaskan Bobibos baru menjalani rangkaian uji di laboratorium Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas).
Hanya saja, Laode enggan membeberkan hasil uji laboratorium atas BBM yang diklaim memiliki RON 98 tersebut. Laode beralasan hasil uji BBM bersifat rahasia.
“Kalau minta uji berarti kan hasilnya laporan hasil uji, bukan sertifikasi ya. Ini saya perlu luruskan di sini biar tidak terjadi simpang siur. Kemarin saya juga dapat, oh sudah disertifikasi. Saya luruskan di sini bahwa ini belum disertifikasi,” kata Laode kepada awak media di Kementerian ESDM, Jumat (7/11/2025).
Laode menegaskan rangkaian uji itu tidak menandakan BBM Bobibos dapat dijual bebas di tengah masyarakat. Dia beralasan pengujian itu tidak otomatis mengeluarkan sertifikasi atas produk bahan bakar tersebut.
Laode menegaskan proses sertifikasi BBM agar dapat diedarkan memiliki proses yang panjang dan salah satunya harus dilakukan pengujian minimal 8 bulan untuk menentukan apakah BBM tersebut layak atau tidak.
Potensi Kolaborasi
Saat dimintai tanggapan pada kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri membuka peluang melakukan kerja sama dengan produsen BBM ‘Bobibos’ dalam mengembangkan bensin beroktan tinggi dengan emisi yang rendah.
Simon memandang positif inovasi yang diciptakan masyarakat tersebut. Menurutnya, inovasi tersebut bukan merupakan ancaman untuk menyaingi bisnis Pertamina.
Dia bahkan membuka peluang melakukan kolaborasi dengan produsen BBM tersebut, sebab Pertamina merupakan perusahaan produsen bahan bakar fosil dan bisnis rendah karbon.
“Jadi harusnya apapun itu ya kita cari jalan kolaborasi. Kan Pertamina juga ada dual growth; fossil fuel dan low carbon businesses. Nah, mungkin bisa juga kolaborasi kan ini,” kata Simon kepada awak media di Kementerian ESDM, Senin (10/11/2025).
“Jadi selalu melihat pencapaian; siapapun itu, kita lihat sebagai hal yang positif, yang mendorong kita semua untuk kerja lebih keras, untuk lebih baik. Jadi jangan langsung dibawa, 'oh ini saingan, itu saingan'. Enggak, kita harus spirit kolaborasi,” lanjutnya.
(azr/wdh)
































