Kronik Terumbu dari Timur Jawa, yang Musnah Kini Kembali Bernapas
Redaksi
08 November 2025 06:00

Bloomberg Technoz, Banyuwangi - Peristiwanya sudah terjadi puluhan tahun lalu, tapi kalau dikenang, bau potasium itu masih bisa diingat dari ujung hidungnya. Edy Wahyudi (35 tahun) memugar kembali repih-repih memori kecilnya di pesisir Banyuwangi: Pantai Watu Dodol.
Dekade 1990-an, kata dia, memuncak banyak kapal nelayan melakukan penangkapan ikan melalui bom potassium. Hampir saban hari. Purnama penuh ataupun setengah, tak peduli.
"Anak-anak saat itu senang kalau kapal nelayan datang. Kalau bom sudah meledak, anak-anak berenang menuju kapal," ujarnya.
"Karena ikan-ikan kecil pasti boleh kita ambil. Nelayan itu cuma mau ikan besar. Boleh kita ambil asal udah bisa berenang," ujar Edy.
Cerita itu disampaikan Edy kepada Bloomberg Technoz di sela media visit bersama Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) di Pusat Konservasi Terumbu Karang di Pantai Grand Watu Dodol, Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (7/11/2025).
Kronik yang mungkin dulu asyik, tapi laten membonceng malapetaka berkepanjangan: luluh lantak ekosistem terumbu karang di teras timur Pulau Jawa. Kerusakan terjadi sangat massif, puncaknya terjadi pada 2010. Ikan Pantai Watu Dodol tak lagi kenal apa itu terumbu karang, apalagi bersahabat.
"Belum lagi kalau malam. Prostitusi di gubuk-gubuk kecil sekitar pantai Dodol," ujar Edy dengan nada sedikit menggemas.
"Daerah ini dulu disebut Klopoan," kata Edy. Klopoan merujuk sebuah dusun lain di Banyuwangi yang memang lebih tua dikenal sebagai eks lokalisasi.
Edy kini menjabat Sekretaris Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Grand Watu Dodol. Bersama warga lainnya berusaha kembali menata alam, berbaikan dengan moralitas yang sempat dirusak penyakit sosial.
Konservasi Terumbu, Apresiasi untuk Merdeka Copper
Kampanye konservasi terumbu karang mengundang partisipasi banyak perusahaan, salah satunya Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang menjalani bisnis pertambangan emas dan tembaga Banyuwangi melalui anak usahanya PT Bumi Suksesindo (BSI). PT BSI mengoperasikan Tambang Emas Tujuh Bukit di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi.
"Alhamdulillah sudah tiga tahun terakhir ini Merdeka Copper Gold melalui BSI tak pernah absen dalam konservasi terumbu karang di Grand Watu Dodol," kata Edy.
Konservasi terumbu karang tahun ini yang dilakukan PT BSI dilakukan saat peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 pada Juli lalu. Sekitar 2.500 bibit terumbu karang ditabur rapi sebagai bagian dari proyek transplantasi terumbu karang. Hal serupa yang dilakukan berturut-turut sejak dua tahun sebelumnya.
Bibit terumbu karang yang diberikan juga berkualitas. Kata Edy, bibit terumbu karang yang diberikan dalam konservasi yakni mulai dari Acropora, Montipora, hingga Euphylia, terumbu yang memiliki bentuk unik: mirip seperti bentuk bunga kamboja. Harganya juga 10 kali lipat mahal dari dua nama sebelumnya.
Pemulihan bertahap yang terjadi di Grand Watu Dodol diakui Edy masih jadi jalan panjang. Komitmen lingkungan yang dilakukan PT BSI, misalnya, diharapkan tetap dilakukan di tahun-tahun mendatang. Yang jelas, kata dia, konservasi terumbu karang sudah mulai menarik wisatawan datang. Sekadar melepas penat, atau mengamati bagaimana bibit terumbu karang tumbuh dan berkembang.
"Pendapatan kami masyarakat, secara keseluruhan bisa Rp1-1,3 miliar per tahun. Berkah atas semua usaha," pungkas Edy.
Komitmen Lingkungan MDKA
Head Corporate Communication MDKA, Tom Malik mengakui bahwa komitmen lingkungan dan pemberdayaan masyarakat merupakan instrumen penting dalam perjalanan bisnis sebuah perusahaan. Tambang Emas Tujuh Bukit yang dikelola T BSI, salah satunya, berkomitmen terhadap pertambangan berkelanjutan dengan melindungi, meminimalkan, dan memulihkan dampak lingkungan dari operasi tambang.
"Termasuk pemulihan lingkungan di dalam dan luar area tambang," kata Tom Malik.
Di PT BSI sendiri, kata dia, anggaran yang dikucurkan untuk Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) mencapai Rp30 miliar. Hal tersebut, kata dia, di luar dari pajak untuk pemerintah daerah yang berperan dalam 50% perekonomian masyarakat Banyuwangi.
"Kami percaya bahwa pengelolaan bisnis juga membutuhkan social license. Memastikan bahwa setiap tahapan operasi memberikan manfaat nyata dan kesempatan kerja, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan," ujarnya.
Selain menjadi penyumbang pajak terbesar bagi Banyuwangi, BSI berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat di wilayah lingkar tambang melalui penyerapan tenaga kerja. Tom secara terperinci menyebut, dari total 3.000 karyawan yang bekerja di PT BSI, 70% merupakan masyarakat Banyuwangi.
"Dan 30% dari total itu, merupakan warga di kecamatan setempat," ujarnya.
Tak berlebihan, kontribusi yang diukir BSI membuatnya menyabet berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam praktik pertambangan berkelanjutan dan pengembangan masyarakat. Salah satunya adalah penghargaan Tamasya Award 2024, apresiasi pemerintah terhadap keberhasilan BSI dalam melaksanakan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM). Mulai dari pemberdayaan UMKM lokal hingga pendirian sekolah pintar untuk masyarakat di sekitar area tambang.
Secara keseluruhan dalam prinsip ESG (Environmental Social Governance), Merdeka juga sukses mempertahankan peringkat MSCI ESG 'A', sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia bidang logam terdiversifikasi dan pertambangan yang menerima peringkat tersebut. Penghargaan lainnya juga peringkat 1 Risiko ESG Sustainalytics, juga sebagai satu-satunya perusahaan ambang yang menerima peringkat 8 dari CDP untuk pelaporan 2024.
"Serta dipilih sebagai konstituen dua indeks ESG, yaitu ESG Sector Leaders IDX Kehati dan ESG Quality 45 IDX KEHATI," pungkas Tom.































