Logo Bloomberg Technoz

Industri Manufaktur Menggeliat, Dorong Ekonomi RI Tumbuh 5,04%

Redaksi
05 November 2025 12:00

Ekonomi RI Tumbuh 5,12%, Lampaui Ekspektasi, Ungguli Malaysia, Singapura (Diolah dari Berbagai Sumber)
Ekonomi RI Tumbuh 5,12%, Lampaui Ekspektasi, Ungguli Malaysia, Singapura (Diolah dari Berbagai Sumber)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Industri Manufaktur kembali menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2025. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pada Selasa (5/11) yang menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 5,04 persen secara tahunan (y-on-y), sejalan dengan perkiraan para ekonom.

Pertumbuhan ini menegaskan bahwa sektor industri pengolahan masih menjadi tulang punggung ekonomi nasional dengan laju pertumbuhan mencapai 5,54 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sektor ini juga berkontribusi besar terhadap struktur PDB dengan porsi meningkat dari 19,02 persen pada triwulan III-2024 menjadi 19,15 persen di periode yang sama tahun ini.

Industri Pengolahan Jadi Motor Ekonomi Nasional

Dari lima lapangan usaha terbesar yaitu industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan, sektor industri pengolahan mencatatkan pertumbuhan paling pesat. Posisi kedua disusul oleh sektor perdagangan dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 0,72 persen, sementara sektor informasi dan komunikasi menempati posisi ketiga dengan kontribusi 0,63 persen.

Kinerja positif industri pengolahan terutama ditopang oleh industri makanan dan minuman yang tumbuh 6,49 persen serta industri logam dasar yang melonjak tajam hingga 18,62 persen. Keduanya menjadi penopang signifikan bagi peningkatan produktivitas manufaktur nasional di tengah kondisi global yang masih penuh tantangan.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Edy Mahmud, menjelaskan bahwa lonjakan industri logam dasar disebabkan oleh meningkatnya permintaan ekspor.

“Industri Logam Dasar tumbuh 18,62 persen sejalan dengan peningkatan permintaan luar negeri untuk produk logam dasar, khususnya besi dan baja,” ujar Edy Mahmud dalam paparannya.

Selain logam dasar dan makanan-minuman, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional juga memperlihatkan momentum yang luar biasa. Sektor ini tumbuh 11,65 persen pada triwulan III-2025, didorong oleh peningkatan produksi bahan dan barang kimia untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.

Pertumbuhan tersebut melanjutkan tren positif dari triwulan sebelumnya, di mana sektor yang sama telah mencatatkan kenaikan 9,39 persen (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk-produk kesehatan dan kimia masih kuat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Kinerja sektor kimia dan farmasi menjadi salah satu indikator penting kebangkitan industri bernilai tambah tinggi di Indonesia. Pemerintah pun diharapkan terus mendorong investasi dan riset dalam bidang ini untuk memperkuat daya saing industri nasional.

Secara kumulatif (c-to-c), ekonomi Indonesia hingga triwulan III-2025 tumbuh 5,01 persen. Pertumbuhan positif terjadi di hampir seluruh lapangan usaha, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi 0,43 persen akibat turunnya harga komoditas global dan berkurangnya aktivitas ekspor bahan mentah.

Sektor yang menunjukkan pertumbuhan paling signifikan antara lain jasa lainnya dengan kenaikan 10,37 persen, disusul jasa perusahaan yang naik 9,51 persen. Sementara itu, industri pengolahan sebagai kontributor utama terhadap perekonomian nasional tetap tumbuh solid sebesar 5,26 persen, mempertegas peran vital sektor manufaktur dalam menjaga momentum pertumbuhan nasional.

Momentum Optimisme Menuju Kuartal Berikutnya

Capaian ini menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia untuk melanjutkan tren pertumbuhan di kuartal berikutnya. Dengan sektor industri pengolahan yang terus menguat, terutama pada subsektor logam dasar, kimia, serta makanan dan minuman, Indonesia memiliki peluang besar mempertahankan pertumbuhan di atas lima persen.

Pemerintah diharapkan dapat menjaga stabilitas iklim usaha dan memperkuat kebijakan hilirisasi industri agar sektor manufaktur semakin efisien dan kompetitif. Penguatan infrastruktur logistik dan energi juga menjadi faktor kunci untuk mendukung daya saing industri nasional di pasar global.

Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2025 membuktikan bahwa transformasi industri yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan hasil nyata. Dengan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan pelaku industri, Indonesia dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Sebagaimana disampaikan dalam laporan BPS, industri pengolahan akan tetap menjadi lokomotif utama perekonomian nasional, berperan besar dalam menciptakan lapangan kerja, memperluas ekspor, dan memperkuat fondasi ekonomi menuju Indonesia Emas 2045.