Di beberapa provinsi, harga beras malah turun. Di Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo rata-rata harga beras turun 12,46%, 3,52%, 0,32%, 0,32%, 0,67%, 1,69%, 0,86%, 0,6%, 0,7%, 5,2%, dan 2,7%.
Perlambatan laju inflasi juga terjadi secara tahunan (year-on-year). Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi inflasi tahunan Oktober sebesar 2.59% yoy.
Jika terwujud, maka lebih rendah ketimbang September yakni 2,65%.
Laju inflasi inti pun sepertinya sedikit melambat. Median proyeksi Bloomberg ada di 2,16% yoy untuk inflasi inti pada Oktober. Sedikit lebih rendah dari posisi September yaitu 2,19% yoy.
Pandangan Pasar
“Kami memperkirakan inflasi pada Oktober sebesar 2,64% yoy. Sedikit lebih rendah dibandingkan September yang sebesar 2,65% yoy,” sebut Tamara Mast Henderson, Ekonom Bloomberg Economics.
Menurut Henderson, permintaan yang masih lemah juga menyumbang perlambatan laju inflasi. Kini, inflasi sepertinya akan berada di batas tengah-bawah target BI yang sebesar 1,5-3,35%.
“Inflasi semestinya akan sesuai target. Ini membuka ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter,” lanjut Henderson.
Sepanjang 2025, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 basis poin (bps). BI menjadi bank sentral paling agresif di Asia Tenggara.
BI Rate di 4,75% adalah yang terendah sejak Oktober 2022.
“Dalam jangka pendek, kami memperkirakan BI akan mempertahankan sikap on hold sembari memantau tren imbal hasil global, harga minyak, dan arah inflasi domestik sebelum melanjutkan siklus pelonggaran bertahap pada 2026. Jika kondisi keuangan global membaik dan inflasi bergerak ke kisaran bawah target, BI berpotensi melakukan penurunan suku bunga tambahan secara terukur tanpa mengganggu stabilitas rupiah,” papar riset Samuel Sekuritas.
Faisal Rachman, Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), bahkan memperkirakan bisa terjadi deflasi 0,05% pada Oktober. Penyebabnya adalah penurunan harga kebutuhan pangan dan diskon tarif pesawat.
"Kelompok harga bergejolak (volatile goods) diperkirakan mencatat deflasi tipis seiring penurunan harga sejumlah bahan pangan seperti cabai, bawang, dan beras," sebut Faisal dalam risetnya.
Kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices), lanjut Faisal, juga bisa saja deflasi. Penyebabnya adalah diskon tiket pesawat terbang 12-14%.
Akan tetapi, inflasi inti diperkirakan lebih tinggi. Faisal memperkirakan inflasi inti Oktober sebesar 0,19% mtm berbanding 0,18% pada September. Penyebabnya adalah kenaikan harga emas dan depresiasi nilai tukar rupiah.
"Kami tetap memperkirakan inflasi pada akhir 2025 berada di rentang 2-2,5%. Dengan inflasi yang berada di target BI, maka ada ruang untuk mempertahankan kebijakan moneter longgar dan posisi (stance) pro-pertumbuhan. Kami perkirakan ada kemungkinan penurunan BI Rate sekali lagi sebesar 25 bps sebelum akhir tahun," terang Faisal.
(aji)





























