Kenaikan tersebut, menurut profesor hukum University of Richmond Carl Tobias yang mengkhususkan diri pada hukum tanggung jawab produk, seharusnya mendorong J&J “untuk kembali mencoba mencapai penyelesaian global karena tumpukan kasus bedak bayi hanya akan semakin dalam dan menimbulkan biaya yang lebih besar.”
J&J secara konsisten menegaskan bahwa talc tidak menyebabkan kanker dan bahwa produk bedak bayinya tidak pernah mengandung asbes. Perusahaan juga menyatakan bahwa mereka telah memasarkan produk tersebut dengan tepat selama lebih dari 100 tahun. J&J menolak membayar lebih dari US$9 miliar yang telah ditawarkan dalam kasus kebangkrutan sebelumnya.
“Banyaknya kasus tidak berarti kasus tersebut memiliki dasar,” kata Erik Haas, pengacara internal J&J yang memimpin pembelaan perusahaan dalam kasus bedak bayi. “Ini merupakan perkembangan yang sudah kami perkirakan setelah kami kembali ke sistem gugatan perdata biasa.”
Holly Froum dari Bloomberg Intelligence memperkirakan jumlah kasus bedak bayi bisa meningkat menjadi lebih dari 93.000 kasus. Ia mengatakan J&J pada akhirnya bisa terpaksa membayar hingga US$11 miliar untuk menyelesaikan semua gugatan yang ada dan yang akan datang. J&J sejauh ini telah menghabiskan lebih dari US$3 miliar untuk menyelesaikan gugatan yang menuduh adanya asbes dalam bedak bayinya, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
J&J kini bersiap menghadapi gelombang baru sidang juri setelah hakim kebangkrutan di Houston memutuskan pada April bahwa perusahaan tidak dapat menggunakan pengajuan Chapter 11 anak perusahaannya untuk memaksa konsumen menyelesaikan klaim bahwa J&J menyembunyikan risiko kesehatan dari produk bedak talc-nya.
Setelah gagal tiga kali menemukan solusi melalui kebangkrutan, J&J berjanji untuk kembali ke sistem pengadilan biasa guna membela kasus-kasus bedak bayi. Perusahaan akan menghadapi sidang pertama untuk klaim kanker ovariumsejak putusan kebangkrutan di California bulan depan. Sidang lain akan menyusul di pengadilan negara bagian di Pennsylvania, Georgia, Illinois, dan Florida.
Seorang hakim federal di New Jersey juga tengah mempersiapkan sidang federal pertama untuk ribuan kasus yang dikonsolidasikan di hadapannya guna pertukaran informasi pra-sidang. Kasus-kasus ini sebelumnya tertunda akibat pengajuan kebangkrutan yang berulang.
Belasan juri pengadilan negara bagian telah menyatakan J&J dan perusahaan hasil pemisahannya, Kenvue, bertanggung jawab atas kanker yang diderita pengguna bedak bayi dan memberikan total ganti rugi miliaran dolar. Namun, beberapa putusan tersebut kemudian dikurangi atau dibatalkan dalam proses banding.
J&J memisahkan bisnis produk konsumennya—termasuk produk bayi Johnson’s, Tylenol, dan Aveeno—pada tahun 2023 menjadi perusahaan terpisah bernama Kenvue Inc.
(bbn)

































