Logo Bloomberg Technoz

“Itu semua 99% saya produksi untuk kepentingan domestik non-energy,” kata Izmirta ketika dihubungi, Senin (27/10/2025).

Izmirta mengatakan, berdasarkan data Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), pada tahun lalu produksi tebu Indonesia mencapai 38 juta ton.

Dari keseluruhan itu, seluruh limbah produksi tebu diolah menjadi molase hingga didapatkan sekitar 1,9 juta ton molase.

Dia menyebut jika molase tersebut diolah kembali menjadi bioetanol, maka setiap 4 kilogram (kg) molase didapatkan 1 liter bioetanol.

“Jadi saya menyerap 660.000 ton tetes nasional dari 1,6 juta ton tetes Indonesia. Itu diserap oleh industri etanol Indonesia,” ungkap dia.

Tambahan Pabrik

Izmirta mengatakan pemerintah perlu mendorong pembangunan sekitar 7 pabrik bioetanol baru dengan kapasitas sekitar 120 kl per hari setiap pabriknya.

Menurut Izmirta, tambahan pabrik bioetanol itu diperlukan untuk menopang program mandatori E10 nantinya.

Di sisi lain, dia memperkirakan, kebutuhan bahan baku mencapai 4 juta ton molase untuk memproduksi sekitar 1 juta kl bioetanol.

Nah misalnya targetnya 1 juta liter etanol, berarti kan dibutuhkan 4 juta ton tetes. Berarti 4 juta ton tetes itu harus diolah oleh berapa pabrik? Minimal mungkin kalau pabriknya 120 ribu ton tetes, itu butuh 10 pabrik,” tegas dia.

Ilustrasi lahan tebu./Bloomberg-Valeria Mongelli

Dia menilai positif program mandatori E10 yang belakangan didorong pemerintah. Dia mengatakan asosiasinya siap mendukung ketersediaan pasokan bahan baku untuk menopang bauran bensin tersebut.

“Kalau kita mau bangun pabrik bisa, tinggal kata kuncinya, pastikan pabrik yang dibangun dibeli dan di-offtake oleh badan usaha bahan bakar minyak,” tuturnya.

Selain itu, dia mendorong pemerintah untuk memperluas lahan tebu untuk meningkatkan kapasitas produksi molase minimal menjadi 4 juta ton. Dia berharap pemerintah mengeluarkan regulasi yang memudahkan dan menggairahkan industri bioetanol.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menargetkan program mandatori bensin dengan bioetanol 10% itu bisa diesekusi pada 2027.

Bahlil menerangkan pemerintah memerlukan waktu sekitar dua tahun untuk menanam sejumlah tanaman penghsil bahan baku bioetanol tersebut.

Sejumlah tanaman potensial yang dijajaki pemerintah untuk menopang program mandatori bensin dengan campuran bioetanol 10% itu di antaranya tebu, jagung hingga singkong.

“Paling lama satu setengah tahun atau dua tahun,” kata Bahlil kepada awak media di Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat melakukan peninjauan penyaluran LPG 3 kg di Pangkalan LPG Kevin, Kemanggisan. (Bloomberg Technoz/Mis Fransiska)

Menurut hitung-hitungan Kementerian ESDM, kebutuhan bioetanol untuk menjalankan program mandatori E10 itu sekitar 1,2 juta kiloliter.

Di sisi lain, dia menambahkan, pemerintah bakal memberikan insentif untuk mendorong pengembangan industri bioetanol di dalam negeri.

Terpisah, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan Indonesia akan melakukan kerja sama dengan Brasil untuk menyiapkan bahan baku bioetanol tersebut.

Amran menjelaskan Indonesia akan meminta Brasil membantu penanaman bahan baku etanol yakni ubi dan tebu. Selain itu, Brasil akan menjadi mitra Indonesia dalam proyek pembangunan pengolahan bioetanol.

“Kita rencananya mau, perintah Bapak Presiden menanam ubi, itu rencana kita; dan pengembangan tebu,” kata Amran kepada awak media, di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (23/10/2025).

(azr/naw)

No more pages