Logo Bloomberg Technoz

Kajian bahwa AI bisa berjalan dengan lebih sedikit komputasi kini beredar di Wall Street. Sementara GE Vernova Inc (perusahaan produsen turbin pembangkit listrik) menyebut investasi sepertinya akan melambat. 

Booming AI yang meredup membuat saham-saham perusahaan produsen listrik jatuh. Indeks UBS yang mengumpulkan emiten-emiten pembangkit listrik menunjukkan koreksi 12% dalam lima hari perdagangan terakhir sampai Rabu pekan ini.

Sumber: Bloomberg

Saat pembangkitan listrik sepertinya tidak akan melonjak gara-gara AI, maka harga komoditas yang menjadi energi primer pun ikut terpengaruh. Batu bara menjadi salah satu korbannya.

Analisis Teknikal

Bagaimana ‘ramalan’ harga batu bara untuk pekan depan? Apakah bisa naik lagi atau justru berbalik melemah?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), batu bara terjebak di zona bearish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 42. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.

Sedangkan indikator Stochastic RSI ada di 23. Menghuni area jual (short) yang kuat, bahkan hampir jenuh (oversold).

Untuk perdagangan pekan depan, sejatinya harga batu bara berpeluang bangkit. Target resisten terdekat ada di kisaran US$ 108-110/ton. Kalau jebol, maka harga batu bara berpeluang ‘terbang’ ke US$ 123/ton.

Adapun target support terdekat adalah US$ 101/ton. Penembusan di titik ini berisiko menjatuhkan harga batu bara ke rentang US$ 97-81/ton.

(aji)

No more pages