Meski demikian, ia mengingatkan pemerintah dan masyarakat agar tidak menyepelekan situasi ini.
“Kewaspadaan terhadap kesehatan wajib ditingkatkan. Jangan karena belum ada kasus manusia, kita biarkan. Itu yang berbahaya,” kata Dicky.
Ia mendorong Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pertanian memperkuat surveilans virologi veteriner, terutama di pasar-pasar ternak.
Dicky juga menegaskan bahwa hingga kini belum ada laporan terverifikasi mengenai isolasi virus Influenza D dari manusia di Indonesia.
“Baik dari laporan nasional maupun internasional, belum ada bukti IDV pada manusia di Indonesia,” ujarnya.
Meski begitu, ia menyarankan agar Indonesia mulai memperkuat sistem pemantauan hewan ternak, termasuk sapi, untuk mendeteksi kemungkinan paparan lebih awal.
Menurutnya, WHO sejauh ini hanya memusatkan pemantauan terhadap virus influenza tipe A dan B yang terbukti menyebabkan epidemi maupun pandemi pada manusia.
“Untuk IDV, WHO belum mengeluarkan pernyataan darurat global. Jadi fokusnya masih pada penelitian dan pengawasan,” kata Dicky.
Ia menekankan pentingnya pendekatan One Health, yaitu integrasi pemantauan kesehatan manusia dan hewan. “Tingkatkan pengawasan, perlindungan pekerja yang kontak langsung dengan hewan, dan komunikasi risiko yang rasional. Jangan sampai panik, tapi juga jangan abai,” ujarnya.
Sebagai langkah pencegahan, Dicky menyarankan pekerja di sektor peternakan agar menggunakan masker dan sarung tangan, serta segera melapor jika mengalami demam atau sesak napas.
“Vaksinasi influenza juga saya anjurkan, terutama bagi para peternak. Isolasi hewan yang sakit, dan tingkatkan literasi kesehatan. Ancaman penyakit baru itu nyata, tapi bisa dikendalikan dengan kesiapsiagaan,” tutupnya.
(dec/spt)































