IHSG bergabung bersama Bursa Asia yang menetap di zona merah, index Shenzhen Comp. (China), Hang Seng (Hong Kong), CSI 300 (China), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), Shanghai Composite (China), NIKKEI 225 (Tokyo), SETI (Thailand), TW Weighted Index (Taiwan), Topix (Jepang), Straits Times (Singapura), KLCI (Malaysia), dan PSEi (Filipina) yang melemah dan tertekan masing-masing mencapai 2,72%, 2,48%, 2,26%, 2,02%, 1,95%, 1,44%, 1,25%, 1,2%, 1,03%, 0,63%, 0,32%, dan 0,07%.
Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam dan paling ambles kedua di Asia, bersanding Bursa Saham China.
Dari dalam negeri, IHSG tersengat sentimen dari survei Bank Indonesia yang menyatakan kegiatan dunia usaha sedang melesu pada Kuartal III–2025.
Bank Indonesia (BI) melaporkan hasil survei kegiatan dunia usaha yang mengindikasikan kinerja dunia usaha melesu pada Kuartal III–2025. Hal ini tercermin dari kinerja seluruh lapangan usaha yang tercatat memiliki nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 11,55%, lebih rendah dibanding SBT pada Kuartal sebelumnya yang mencapai 11,70%.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyebutkan kinerja sejumlah lapangan usaha tercatat masih meningkat, terutama pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian, konstruksi, industri pengolahan, jasa keuangan, serta administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib.
“Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas usaha, pembangunan sejumlah proyek, dan realisasi anggaran pemerintah sesuai pola kuartalan,” kata Ramdan Denny.
Kapasitas produksi terpakai pada Kuartal III–2025 tercatat sebesar 73,84%, meningkat dibanding Kuartal II–2025 yang sebesar 73,58%. Peningkatan tersebut ditopang oleh mayoritas lapangan usaha, terutama pertambangan dan penggalian dan industri pengolahan.
Outlooknya, responden menilai kegiatan usaha pada Kuartal IV–2025 tetap tumbuh dengan saldo bersih tertimbang sebesar 10,53%. Kegiatan usaha pada mayoritas lapangan usaha diprakirakan tetap tumbuh, terutama pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, dan informasi dan komunikasi. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas saat Hari Besar Keagamaan Nasional Natal dan libur tutup tahun.
Pasar juga sedang mencermati lebih lanjut perkembangan hubungan AS-China yang sedang memanas. Setelah kemarin Presiden AS Donald Trump menyatakan Negeri Adidaya memang sudah memasuki fase perang dagang dengan China, Beijing memberi komentar teranyar.
Menteri Perdagangan China Wang Wentao menyalahkan AS atas friksi kedua negara baru–baru ini. Menurutnya, apa yang dilakukan AS tidak sesuai dengan kesepakatan yang dicapai di Madrid (Spanyol) pada pertemuan bulan lalu.
“Fluktuasi hubungan AS-China belakangan ini sebagian besar karena AS yang secara insentif menerapkan pembatasan terhadap China, bahkan setelah pembicaraan di Madrid,” tegas Wang di hadapan CEO Apple Inc. Tim Cook saat pertemuan di Beijing, seperti dikutip dari Bloomberg News.
“Apa yang dilakukan AS benar–benar mencederai kepentingan China dan memperburuk suasana negosiasi bilateral,” lanjut Wang.
(fad)




























