Sementara itu, saham–saham energi, dan saham barang baku juga melemah dengan minus 0,65%, dan 0,42%.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya justru kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 17.20 WIB, KOSPI (Korea Selatan), Hang Seng (Hong Kong), TW Weighted Index (Taiwan), NIKKEI 225 (Tokyo), SETI (Thailand), TOPIX (Jepang), Shenzhen Comp. (China), CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), SENSEX (India), Straits Times (Singapura), PSEI (Filipina), dan KLCI (Malaysia), dengan keberhasilan kenaikan masing-masing mencapai 2,68%, 1,84%, 1,81%, 1,76%, 1,61%, 1,58%, 1,56%, 1,48%, 1,22%, 0,71%, 0,32%, 0,29%, dan 0,01%.
Sementara itu, hanya indeks Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) yang menemani IHSG di zona merah, yang terpangkas 0,18%.
Melemahnya IHSG tersengat sentimen yang datang dari dalam negeri. Investor rasanya sedang mencerna realisasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Hingga 30 September, penerimaan negara tercatat Rp 1.863,3 triliun. Menyusut 7,2% dibanding sembilan bulan pertama tahun 2024 lalu, atau 65% dari outlook.
Di sisi lain, belanja negara hanya turun 0,8% dari periode yang sama pada tahun lalu menjadi Rp 2.234,8 triliun. Hasilnya, anggaran negara mencatat defisit Rp 371,5 triliun atau 1,56% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit APBN membesar dari sebelumnya 1,35% per Agustus. Jika tren ini berlanjut, maka kebutuhan pembiayaan akan meningkat.
“Defisit anggaran 1,56% terhadap PDB” kata Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam Konferensi Pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kinerja dan Fakta.
Realisasi defisit APBN sampai akhir September tercatat Rp 371,5 triliun atau membesar 52,7% dibanding posisi defisit periode yang sama pada tahun lalu. Nilai ini memiliki porsi 56,1% dibanding target defisit sepanjang 2025 yang sebesar -Rp 662 triliun atau 2,78% terhadap PDB.
Defisit anggaran terjadi akibat realisasi pendapatan negara lebih rendah dibanding realisasi belanja negara.
Dari sisi pembiayaan anggaran, pemerintah telah berutang Rp 458 triliun sampai September 2025. Angka ini mengembang 31,7% dibanding September 2024 tahun lalu. Menurut porsinya, jumlah utang tercatat 69,2% dari target pembiayaan anggaran yang sebesar Rp 662 triliun.
Phintraco Sekuritas dalam risetnya menyebut, defisit APBN hingga September 2025 sebesar 1,56% dari PDB atau Rp 371,5 triliun, melebar dari Agustus 2025 yang sebesar 1,35% dari PDB.
“Namun defisit itu masih lebih rendah dibandingkan dengan target defisit APBN 2025 yang sebesar 2,78%,” papar Phintraco, Rabu.
Adapun Keseimbangan Primer tercatat sebesar Rp 18 triliun, yang artinya pendapatan negara cukup membiayai belanja di luar pembayaran bunga utang.
(fad/aji)




























