Logo Bloomberg Technoz

"Apakah kemudian kita tambahkan equity yang pertama. Atau kemudian memang ini kita serahkan infrastrukturnya seperti industri kereta api yang lain infrastrukturnya itu milik pemerintah. Nah ini dua opsi inilah yang kita coba."

Sebagai informasi, konsorsium proyek KCJB melibatkan sejumlah BUMN, antara lain PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR). Total nilai investasi proyek ini mencapai US$7,2 miliar, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sekitar US$1,2 miliar. 

Proyek dibiayai melalui skema 75% pinjaman dari China Development Bank (CDB) dan 25% setoran modal pemegang saham, yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60% serta Beijing Yawan HSR Co. Ltd. sebesar 40%.

Beban utang Whoosh ini juga berdampak pada kerugian yang diderita KAI. KAI masih menanggung kerugian hampir Rp1 triliun dari operasional Kereta Cepat Whoosh sepanjang semester I-2025.

Kerugian tersebut mencerminkan porsi kepemilikan KAI dalam konsorsium pengelola proyek, yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). 

Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2025, KAI membukukan rugi bersih sebesar Rp951,48 miliar dari pos asosiasi dan ventura bersama di PSBI, sesuai dengan porsi kepemilikan 58,53%.

Jika dihitung secara tahunan, nilai kerugian itu setara dengan sekitar Rp1,9 triliun, sementara sepanjang 2024 KAI menanggung rugi Rp2,69 triliun dari entitas yang sama. Beban tersebut terus dialami KAI sejak Kereta Cepat Whoosh mulai beroperasi secara komersial pada Oktober 2023.

(ain)

No more pages