"Katakanlah separuh saja kali 50, itu bisa menghasilkan Rp1200 triliun devisa. Itu baru kelapa saja," jelasnya.
Amran mengungkapkan pemerintah telah menggelontorkan anggaran senilai Rp9,95 triliun untuk meningkatkan produktivitas dan produksi perkebunan, mulai dari kelapa, tebu, kopi, kakao, hingga lada. Amran memproyeksikan hasil dari hilirisasi sejumlah komoditas tersebut tembus Rp138,49 triliun.
Dia mengatakan anggaran tersebut berasal dari alokasi anggaran belanja tambahan (ABT) senilai Rp9,95 triliun untuk periode 2025–2027. Secara terperinci yakni Rp2,54 triliun untuk 2025, Rp5,83 triliun pada 2026, dan anggaran senilai Rp1,58 triliun pada 2027.
Amran menyampaikan total anggaran mencapai Rp10 triliun itu sebagai upaya pemerintah membangkitkan kembali kejayaan Indonesia di masa lampau sebagai pusat rempah-rempah dunia.
“Kita akan kembalikan Indonesia kejayaan rempah-rempah,” kata Amran.
Dia menyampaikan anggaran Rp9,95 triliun tersebut sudah tersedia dan siap digunakan. Akan tetapi, dana bernilai jumbo itu akan tergantung dari tindakan para kepala daerah untuk segera memanfaatkan dana tersebut.
Amran memaparkan anggaran senilai Rp9,95 triliun itu akan ditujukan untuk biaya tanam dan biaya benih untuk 6 komoditas perkebunan, yakni 200.000 hektare (ha) lahan tebu senilai Rp2,27 triliun dan 248.500 ha lahan kakao senilai Rp3,47 triliun.
Kemudian, sebanyak 221.890 ha lahan kelapa dengan anggaran Rp1,16 triliun; 99.500 ha lahan kopi dengan anggaran senilai Rp2,16 triliun; 50.000 ha lahan mete sebanyak Rp0,54 triliun; dan 51.000 ha lahan lada/pala dengan anggaran Rp0,35 triliun.
Sehingga secara total, pemerintah akan menanam 870.890 hektare lahan terhadap tujuh komoditas sepanjang 2025–2027.
Dengan Asistensi Azura Yumna Ramadani Purnama
(ell)

































