Sementara itu, komoditas hortikultura yang sering memicu inflasi daerah seperti cabai dan bawang juga dipastikan aman.
Kebutuhan cabai rawit merah, selama dua bulan sebesar 4.131 ton, sementara stok yang tersedia 9.272 ton. Adapun cabai merah keriting membutuhkan 5.595 ton dengan ketersediaan 10.641 ton.
“Yang produk-produk lain, produk hortikultura lain yang berpengaruh terhadap inflasi daerah seperti bawang merah, bawang putih, itu juga cukup,” katanya.
Hasudungan menambahkan, komoditas gula pasir dan minyak goreng, produksinya bersifat industrial sehingga tidak langsung berasal dari petani. Ia memastikan pihaknya akan terus menyampaikan perkembangan prognosis pangan menjelang akhir tahun.
“Prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan di Jakarta untuk bulan November sampai dengan Desember, akan kita sampaikan juga nanti,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik, Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan, komoditas penyumbang andil kenaikan IPH (Indeks Perkembangan Harga) di 18 provinsi yang mengalami kenaikan IPH didominasi oleh cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, dan beras.
Dalam data yang dipaparkan oleh Amalia, DKI Jakarta mencatatkan perubahan IPH paling tinggi pada awal Oktober 2025 yakni sebesar 2,71% disusul oleh Sumatera Selatan sebanyak 1,02% dan Riau sebesar 0,96%.
"Kalau kita perhatikan komoditas penggerak dari kenaikkan IPH di masing-masing provinsi terutama di DKI Jakarta yang paling tinggi adalah 2,71%, ternyata penggerak atau komoditas yang memberikan kontributor utama terhadap kenaikan IPH di DKI Jakarta adalah cabai merah, cabai rawit dan beras," katanya, Senin (6/10/2025).
(ell)
































