Logo Bloomberg Technoz

Bagaimanapun, Andi menjelaskan bahwa zat radioaktif tidak terdapat pada udang Indonesia. Udang tersebut terkontaminasi zat radioaktif cesium 137 (Cs-137) dekat pabrik PT Bahari Makmur Sejati (BMS) di kawasan industri Cikande, Banten. 

PT BMS dikenal selama ini sebagai eksportir udang terbesar Indonesia. Pabriknya tersebar di sejumlah daerah.

“Jadi di pabrik pemrosesan udang di Cikande itu, tetangganya itu ada peleburan besi. Nah, peleburan besi itulah yang mungkin mengandung radioaktif mengkontaminasi BMS,” tuturnya. 

Di sisi lain, pihaknya mendapat laporan bahwa kadar zat radioaktif yang tercemar pada udang tersebut sangat rendah atau 68 Bq/kg, jauh di bawah batas FDA senilai 1.200 Bq/kg. 

“Dan tidak berbahaya langsung bagi konsumen, narasi “radioaktif shrimp” menimbulkan kegelisahan di pasar internasional dan domestik. Harga udang di beberapa daerah, seperti Sumatra Utara, bahkan sudah turun hingga 30% dan mengancam keberlangsungan budidaya,” jelasnya. 

Senada, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim mengatakan temuan adanya zat radioaktif pada udang yang diekspor ke luar negeri memberi dampak bagi industri udang di Tanah Air. 

Dampak tersebut, kata dia, seperti terkendalanya akses ekspor produk udang Indonesia ke berbagai negara tujuan pasar, di antaranya AS. 

Agar temuan ini tidak berulang, dia menyarankan agar pemerintah lebih giat dalam memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada pelaku usaha udang di dalam negeri agar tidak mengalami kejadian serupa.

Di samping itu, pemerintah perlu mengampanyekan ke dunia internasional agar akses pasar udang di dalam negeri kembali berlangsung normal.

“Sekali lagi, perlu langkah konkret dan tidak gegabah. Perbaiki dan perkuat industri di dalam negeri sedari hulu ke hilir terlebih dahulu sebelum berkampanye udang Indonesia aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat global,” jelasnya. 

(ain)

No more pages