Logo Bloomberg Technoz

Sinkronisasi Impor

Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengelaborasi pemanggilan tersebut ditujukan untuk membahas sinkronisasi proses impor minyak dan BBM antara Pertamina dengan BU swasta. 

“Sudah ada arahan kepada Dirjen Migas untuk segera dikumpulkan. Ini segera dirapatkan antara Pertamina dan badan usaha yang memerlukan impor. Jadi ini sudah ada arahan untuk dikoordinasikan dengan Dirjen Migas,” ujarnya.

Menurut Yuliot, Kementerian ESDM juga sudah menerima masukan dari BU hilir migas terkait dengan data volume kebutuhan impor, baik oleh Pertamina maupun operator SPBU swasta.

Data tersebut lah yang akan disinkronkan dalam pembahasan rapat bersama para operator SPBU pekan depan. Yuliot menegaskan pembahasan kebutuhan impor tersebut akan disesuaikan dengan neraca komoditas.

“Itu jangan sampai neraca komoditas yang sudah disepakati itu juga ada kelebihan,” terangnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengklaim tidak ada gangguan, apalagi kekosongan, stok BBM di SPBU Tanah Air. 

Enggak ada [kekosongan]. Jadi gini, untuk ketersediaan BBM nasional kita, untuk swasta kita memberikan kuota impor itu seperti 2024. Contoh 1 juta. Pada 2025 kita berikan tambah 10% jadi 1,1 itu contoh,” kata Bahlil kepada awak media, di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (1/9/2025) malam.

Dengan ditambahnya kuota impor untuk BU hilir migas swasta tersebut, Bahlil menyatakan seharusnya tidak terdapat kelangkaan BBM yang terjadi di SPBU swasta.

Akan tetapi, Bahlil menyebut bahwa perusahaan SPBU swasta tersebut kembali meminta tambahan kuota impor.

Walhasil, dia menyarankan agar para pengusaha swasta tersebut tak perlu kembali mengimpor BBM, tetapi didorong untuk membeli dari perusahaan pelat merah, yakni Pertamina.

“Namun, kalau meminta tambah, saya katakan bahwa persediaan nasional kita masih ada. Jadi bisa dilakukan kolaborasi B2B dengan persediaan nasional,” ujar Bahlil.

Saat dimintai konfirmasi, President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian tidak menjelaskan penyebab pasti gangguan pasok BBM di SPBU perseroan, yang notabene merupakan kejadian yang sudah beberapa kali terulang sejak awal tahun ini.

“Produk BBM Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ tidak tersedia di beberapa jaringan SPBU Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan,” ujarnya saat dimintai konfirmasi, medio pekan lalu.

Meski tidak menjelaskan penyebab gangguan pasok tersebut, Ingris menyebut Shell tetap berupaya memastikan kelancaran pendistribusian dan penyediaan produk BBM di jaringan SPBU-nya.

“Kami terus berkoordinasi dengan Kementerian ESDM untuk memastikan ketersediaan produk BBM di jaringan SPBU Shell. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura mengatakan kelangkaan pasokan BBM itu terjadi untuk produk BP Ultimate dengan nilai oktan RON 95 dan BP 92 dengan oktan RON 92.

“Sehingga tidak dapat melayani penjualan produk BBM secara lengkap,” kata Vanda saat dimintai konfirmasi, pertengahan pekan lalu.

Kendati demikian, Vanda menegaskan, seluruh jaringan SPBU perseroan tetap beroperasi untuk melayani produk yang tersedia dan layanan lainnya kepada pelanggan.

“Sekaligus mengoptimalkan distribusi, mencari alternatif pasokan dalam negeri, serta menyiapkan skenario operasional agar layanan pelanggan tetap terjaga,” ujarnya.

(wdh)

No more pages