Logo Bloomberg Technoz

Di sisi lain, Presiden AS Trump mengatakan, India kemungkinan dikenakan tarif sebesar 20%-25%, jelang pemberlakuan 1 Agustus nanti.

Indeks dolar AS kembali ditutup menguat pada penutupan bursa New York kemarin, sebanyak 0,26% di level 98,88. Penguatan DXY dalam dua hari beruntun, telah mengantarkan kenaikan indeks ini mencapai 1,32% selama pekan ini saja.

Di pasar offshore, rupiah Nondeliverable Forward (NDF) ditutup menguat 0,19% di tengah berlanjutnya penguatan DXY. Pagi ini, pada sesi Asia, rupiah offshore bergerak menguat di Rp16.369/US$.

Level itu lebih kuat dibanding posisi penutupan rupiah di pasar spot kemarin di Rp16.398/US$. Hal itu sedikit memberi sinyal, rupiah berpeluang menguat di pasar spot.

Revisi naik

Dana Moneter Internasional, IMF, menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2025, dari angka semula 4,7% menjadi 4,8%. Hal itu terungkap dalam laporan World Economic Outlook terbaru yang dirilis tadi malam di Washington.

IMF semula memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2025 dan 2026 akan tumbuh rendah di 4,7%. Namun, dalam prediksi terbaru yang rilis hari Selasa (29/7/2025), lembaga ini menaikkan proyeksi masing-masing 0,1% sehingga pada tahun ini RI mungkin bisa tumbuh 4,8% dan laju yang sama kemungkinan juga terjadi pada 2026 nanti.

Meski mengerek prediksi, akan tetapi bila angka itu terealisasi maka masih akan menjadi yang terendah sejak tahun 2009 di luar periode resesi karena pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dan 2021.

Secara umum, perekonomian global diperkirakan akan tumbuh melambat pada tahun ini. Namun, prediksi angka meningkat dibanding proyeksi pada April lalu.

IMF memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh 3% tahun ini, dibanding capaian 3,3% pada tahun lalu di tengah gangguan perdagangan global akibat kebijakan Amerika Serikat. Prediksi untuk tahun ini naik 0,2% dibanding perkiraan pada April.

Sedang pada 2026, ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,1%, naik 0,1% dibanding perkiraan April.

Proyeksi terbaru itu lebih baik ketimbang ramalan IMF yang dikeluarkan pada April lalu. Akan tetapi, sebagian besar hal itu mencerminkan distorsi seperti upaya front-loading di berbagai negara untuk mengantisipasi tarif.

(rui)

No more pages