Augusta Saraiva - Bloomberg News
Bloomberg, Inflasi inti AS pada Juni naik, lebih rendah dari perkiraan untuk bulan kelima berturut-turut, terutama dipengaruhi oleh penurunan harga mobil.
Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja yang dirilis Selasa (15/7/2025), indeks harga konsumen (CPI), tidak termasuk kategori makanan dan energi yang sering fluktuatif, naik tipis 0,2% dari Mei. Secara tahunan, indeks ini meningkat sebesar 2,9%.

Harga barang-barang, kecuali komoditas makanan dan energi, naik 0,2% setelah stagnan pada bulan sebelumnya. Harga kategori yang terpengaruh oleh tarif, termasuk mainan, furnitur, peralatan rumah tangga, dan pakaian, meningkat, menunjukkan perusahaan mulai membebankan biaya impor yang lebih tinggi kepada konsumen. Sementara itu, harga mobil baru dan bekas turun.
Laporan ini menandai bulan kelima berturut-turut inflasi di bawah perkiraan dan menimbulkan pertanyaan mengenai sejauh mana tarif Presiden Donald Trump akan berdampak pada harga konsumen.
Beberapa perusahaan berhasil melindungi pelanggan dengan menimbun persediaan sebelum tarif diberlakukan atau menyerap sebagian biaya impor yang lebih tinggi dengan mengorbankan margin keuntungan yang lebih rendah.
Angka yang lebih rendah dari perkiraan ini bisa memicu seruan lebih kuat dari Trump agar Federal Reserve alias The Fed menurunkan suku bunga.
Meski beberapa pejabat bersedia memangkas suku bunga saat bank sentral bertemu dua pekan mendatang, para pembuat kebijakan umumnya masih terbelah mengenai apakah tarif akan menyebabkan lonjakan harga sekali saja atau lebih persisten, dan kemungkinan besar bunga acuan akan tetap ditahan.
Harga saham berjangka tetap lebih tinggi, imbal hasil obligasi pemerintah berfluktuasi, dan dolar AS melemah setelah laporan tersebut dirilis.
Biaya Jasa
Harga jasa, tidak termasuk energi, naik 0,3%. Di sektor jasa, salah satu pendorong utama inflasi dalam beberapa tahun terakhir adalah kategori terbesarnya: perumahan. Harga perumahan melambat, tertekan oleh penurunan harga hotel.
Indeks jasa lain yang dipantau ketat oleh The Fed, yang tidak memperhitungkan biaya perumahan dan energi, naik menjadi 0,2%, termasuk kenaikan signifikan pada jasa rumah sakit. Meski para bankir sentral menekankan pentingnya melihat indikator tersebut saat menilai tren inflasi secara keseluruhan, mereka menghitungnya berdasarkan indeks terpisah.
Indeks tersebut—yang dikenal sebagai indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE)—tidak memberikan bobot sebesar CPI pada perumahan, yang membantu menjelaskan mengapa PCE cenderung mendekati target 2% The Fed.
Laporan pemerintah mengenai harga produsen yang dijadwalkan dirilis pada Rabu akan memberikan wawasan tentang kategori tambahan yang secara langsung berkontribusi pada PCE, yang dijadwalkan rilis akhir bulan ini.
Salah satu alasan mengapa beberapa perusahaan menilai kenaikan harga sebagai pilihan terakhir adalah karena mereka khawatir konsumen, yang semakin pesimistis terhadap perekonomian tahun ini, hanya akan menoleransi kenaikan harga dalam batas tertentu dan akhirnya mengurangi pengeluaran—ini akan menjadi fokus dalam laporan penjualan ritel yang akan dirilis pada Kamis.
Namun, perusahaan seperti Nike Inc dan Dollar General Corp baru-baru ini menyatakan mereka berencana menaikkan harga.
Banyak perusahaan mampu bertahan hingga saat ini karena batas waktu penerapan tarif Trump yang paling agresif terus diundur—dengan target awal Agustus, hampir sebulan lebih lambat dari perkiraan.
Namun, dalam sepekan terakhir, Trump meningkatkan ancaman tarifnya terhadap tembaga dan Kanada, Meksiko, serta negara-negara lain, dan mengatakan tak akan memperpanjang batas waktu tarif lagi. Beberapa negosiasi sedang berlangsung untuk mencapai kesepakatan dagang sebelum batas waktu tersebut.
Para bankir sentral juga memperhatikan pertumbuhan upah karena hal ini akan membantu memperkirakan ekspektasi belanja konsumen—mesin utama perekonomian.
Laporan terpisah pada Selasa yang menggabungkan angka inflasi dengan data upah terkini menunjukkan bahwa upah rata-rata per jam riil melambat ke laju 1% dibandingkan tahun sebelumnya, yang terlemah sejak awal tahun 2025.
(bbn)