Indeks dolar AS, DXY, yang kemarin ditutup menguat tipis 0,1%, pagi ini terpantau melanjutkan penguatan setelah Presiden AS Donald Trump kembali menebar ancaman tarif, termasuk niatnya mengenakan blanket tariff sebesar 15%-20% kepada mayoritas mitra dagangnya, lebih tinggi ketimbang tarif umum saat ini sebesar 10%.
Pernyataan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva yang menunjukkan perlawanan terhadap ancaman tarif AS, makin memanaskan geopolitik perdagangan global yang kian terfragmentasi.
Pernyataan dovish dari pejabat Federal Reserve tentang dampak kebijakan tarif yang dinilai terbatas terhadap inflasi, juga sepertinya belum mampu memberikan imbangan terhadap aset emerging market.
Pelemahan rupiah pagi ini berlangsung ketika indeks saham melanjutkan penguatan menembus lagi level 7.000-an.
Sedangkan di pasar surat utang, pergerakan harga obligasi pemerintah cenderung bervariasi. Yield 10Y turun tipis 0,2 bps, sementara tenor 2Y bergeming di 5,974%. Adapun tenor 5Y naik yield-nya sedikit 0,4 bps.
Harapan penurunan BI rate pada pertemuan Bank Indonesia pekan depan, terlihat masih bertahan di pasar, yang tecermin dari pergerakan imbal hasil SUN beberapa waktu terakhir yang cenderung bullish.
Investor asing kembali berbelanja dengan membukukan penambahan posisi di surat utang RI selama Juli sebesar Rp17,2 triliun month-to-date, per 8 Juli lalu.
Perry Warjiyo dan anggota Dewan Gubernur BI akan menggelar pertemuan edisi Juli pada pekan depan, tepatnya 15-16 Juli, berbekal kinerja rupiah yang membaik, ketika berbagai data ekonomi terbaru makin mempertegas kondisi kelesuan aktivitas ekonomi domestik.
Kinerja penjualan ritel pada Mei terkontraksi lebih dalam ketimbang perkiraan semula. Sedangkan kinerja pada Juni (angka estimasi), juga belum menggembirakan.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan berulangkali, otoritas moneter masih akan mencari ruang penurunan suku bunga acuan lebih lanjut terutama bila kondisi rupiah bertahan stabil.
Capaian rupiah sejauh ini mendukung ekspektasi akan berlanjutnya penurunan BI rate pada pertemuan pekan depan.
Bila menghitung posisi rupiah sejak RDG terakhir 18 Juni lalu, mata uang ini sudah menguat 0,44% sampai perdagangan hari ini, keempat terbaik di Asia.
Rupiah memiliki level support terdekat pada Rp16.250/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengonfirmasi support selanjutnya pada level Rp16.300/US$ sebagai support psikologis juga Rp16.310/US$.
Sementara level resistance terdekat ada pada Rp16.210/US$, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.200/US$ usai break trendline sebelumnya, dan juga terdapat Rp16.150/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah hari ini di dalam time frame daily, tren jangka pendek (Short-term) perdagangan.
(rui)





























