Logo Bloomberg Technoz

RI Perketat IUI Smelter, Tekan Produksi Nikel: Solusi Oversupply?

Azura Yumna Ramadani Purnama
18 December 2025 16:10

Terowongan di proyek tambang nikel Glencore Onaping Depth setinggi 1.200 meter di Onaping, Ontario, Kanada./Bloomberg-Galit Rodan
Terowongan di proyek tambang nikel Glencore Onaping Depth setinggi 1.200 meter di Onaping, Ontario, Kanada./Bloomberg-Galit Rodan

Bloomberg Technoz, Jakarta – Pemangkasan produksi bijih nikel Indonesia pada 2026 menjadi 250 juta ton dan pembatasan penerbitan izin smelter nikel baru yang memproduksi produk antara atau intermediate berpotensi mengurangi sementara kelebihan pasokan nikel dunia.

Analis komoditas dan Founder Traderindo Wahyu Laksono berpandangan secara teoritis pemangkasan produksi bijih nikel tersebut akan berdampak terhadap pasokan nikel global.

Dia memprediksi stok nikel murni di pasar global akan terpangkas karena Indonesia mengurangi produksi bijih sekitar 34% dari 379 juta ton menjadi 250 juta ton. Indonesia sendiri menyumbang lebih dari 50% nikel di pasar global.


“Apakah oversupply bisa teredam? Belum pasti, tetapi ada peluang memicu rebound short term atau pun medium term setidaknya untuk2026,” kata Wahyu ketika dihubungi, Kamis (18/12/2025).

Di sisi lain, Wahyu juga menyoroti realisasi produksi bijih yang kerap berada di bawah target produksi. Dengan begitu, dia menyatakan terdapat potensi produksi bijih nikel pada 2026 berada di bawah target 250 juta ton sehingga makin menekan stok global.