Ketidakpastian perdagangan utamanya antara AS dan China sedikit menurun, setelah tercapainya kerangka kesepakatan dagang antara kedua negara.
"Walaupun tentu saja kita melihat perkembangan pada hari ini keputusan dari AS berkaitan dengan tingkat tarif pada sejumlah negara lain, termasuk Indonesia," kata dia.
Tensi geopolitik terlihat kembali meningkat, terutama di Timur Tengah seiring terjadinya perang Israel dan Iran di susul serangan AS terhadap fasilitas nuklir utama di Iran. Tekanan terhadap pasar keuangan dan harga minyak mereda setelah gencatan senjata Israel dan Iran diberlakukan.
Di tengah perkembangan itu, indikator ekonomi global menunjukan tren moderasi dan sebagian besar di bawah ekspektasi prakiraan sebelumnya. Hal ini mendorong kebijakan fiskal dan moneter global yang lebih akomodatif.
Di AS, meski prospek pertumbuhan ekonomi diturunkan, bank sentral AS Federal Reserve masih belum menurunkan suku bunga dan mempertahankannya untuk suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,5%, menunggu kejelasan kebijakan tarif dan dampaknya pada inflasi.
Sementara itu, perekonomian domestik masih menunjukan resiliensi di tengah tekanan global. Laju inflasi menurun dengan inflasi inti tercatat termoderasi di level 2,37%.
Dari sisi eksternal, neraca perdagangan pada Mei 2025 mencatatkan surplus cukup besar setelah sempat mengalami tekanan pada bulan sebelumnya.
Kinerja ekspor diklaim menunjukkan perbaikan, terutama didorong pertumbuhan positif pada eskpor produk pertanian dan manufaktur dalam 3 bulan terakhir. Peningkatan ini berhasil mengimbangi penurunan yang terjadi pada ekspor produk pertambangan dan komoditas lainnya.
(lav)