Logo Bloomberg Technoz

Hendra mengatakan eksplorasi merupakan kegiatan yang sangat berisiko.

Jaminan perusahaan tambang melakukan kegiatan eksplorasi untuk dilanjutkan menjadi proyek komersial sulit diukur, karena terdapat banyak perizinan yang harus dipenuhi seperti izin kehutanan dan sebagainya.

Di sisi lain, aset tambang batu bara atau nikel yang ada saat ini merupakan penemuan sejak 1970 dan 1980 ketika ramai perusahaan global menemukan cadangan tambang di Tanah Air.

Akan tetapi, sejak era pascareformasi, Hendra menyebut cadangan baru tambang sudah tidak pernah ditemukan lagi di Indonesia.

Bahkan, kata dia, perusahaan tambang di dunia yang biasanya mencari pendanaan untuk kegiatan eksplorasi melalui pasar saham sudah berkurang dalam 20 tahun terakhir.

“Itu dahulu lebih dari 100 perusahaan, sebagian dari Australia and Kanada. Setelah 20 tahun terakhir ini, bahkan kalau sekarang itu mungkin sudah dihitung dengan jari. Hampir dua dekade, karena faktor kesulitan semua itu,” ujarnya.

Hendra menjelaskan kegiatan eksplorasi membutuhkan investasi, tetapi sejumlah pengusaha tambang dalam negeri sulit mendapatkan pendanaan karena mayoritas investasi dari luar negeri.

Hingga saat ini pengusaha tambang di Tanah Air juga tidak mendapatkan investasi baru untuk eksplorasi.

“Jadi eksplorasi-nya juga drop. Nah, kunci untuk mendorong itu tentu harus dilihat lagi. Kebijakan, aturan dan perizinan,” tuturnya.

Menurut dia, cadangan batu bara RI masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri setidaknya hingga 50 tahun mendatang tanpa kegiatan eksplorasi yang signifikan.

Sisa Cadangan

Dalam kesempatan yang sama, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan cadangan batu bara di Indonesia hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 50—60 tahun ke depan,  tanpa adanya penemuan cadangan baru. 

Proyeksi produksi dan ekspor batu bara./dok. APBI-ICMA

Kepala Biro Perencanaan Kementerian ESDM Hariyanto mengatakan kondisi tersebut terjadi dengan asumsi apabila produksi batu bara nasional per tahun mencapai lebih dari 500 juta ton.

Per Desember 2023, Kementerian ESDM mencatat cadangan batu bara nasional mencapai  31,71 miliar ton, sementara sumber daya batu bara mencapai 97,29 miliar ton.

"Ini kalau produksi dengan asumsi 500 juta ton lebih, maka ketemunya cadangan batu bara Indonesia 50—60 tahun, ada kalori rendah dan sedang kemudian kita melihat cadangannya cukup besar," kata Hariyanto.

Adapun, cadangan terkira batu bara kalori rendah mencapai 10,9 juta ton, sementara yang terbukti sebanyak 12 juta ton.

Cadangan terkira batu bara kalori sedang sebanyak 1,5 juta ton dan terbukti 2,9 juta ton. Sementara itu, cadangan terkira batu bara kalori tinggi yakni 1,7 juta ton dan cadangan terbukti 1,8 juta ton.

Hariyanto memaparkan hingga saat ini batu bara masih menjadi sumber energi utama di Indonesia sampai 10 tahun ke depan, karena potensi sumber daya dan cadangan batu bara Indonesia saat ini masih cukup melimpah.

Batu bara juga dianggap sebagai pilihan sumber energi yang relatif murah dan terjangkau dibandingkan dengan sumber energi lainnya.

“Batu bara masih menjadi sumber energi penyangga bagi Indonesia hingga energi terbarukan dapat mencapai porsi yang diharapkan sesuai target bauran energi nasional,” ujarnya.

(mfd/wdh)

No more pages