Logo Bloomberg Technoz

Cadangan Nikel Ditaksir Cuma 13 Tahun, RI Bisa Makin Gemar Impor

Mis Fransiska Dewi
02 June 2025 14:30

Situs penambangan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Situs penambangan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bloomberg Technoz, Jakarta – Ketua Badan Kejuruan (BK) Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli memperkirakan cadangan tertakar nikel Indonesia hanya tersisa 9—13 tahun lagi, sehingga membuka risiko makin tingginya candu impor bijih dalam industri hilirisasi komoditas tersebut.

Rizal menjelaskan smelter nikel, khususnya pirometalurgi atau yang berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF), membutuhkan nikel dengan kadar tinggi di atas 1,5% atau saprolit. Di sisi lain, cadangan nikel jenis tersebut sudah makin tergerus di dalam negeri.

“Cadangan kita, itu kalau dihitung, beberapa ahli menyatakan antara 9—13 tahun daya tahannya. Itu bukan waktu yang lama. Kita belum apa-apa sudah pensiun. Habis sudah. Kalau menurut saya, karena smelter itu banyak sekali dibangun; 100 lebih, bahkan 144 terakhir ya,” ujarnya saat ditemui, Senin (6/2/2025).


Pertumbuhan investasi smelter RKEF yang terlalu pesat, lanjutnya, berbanding lurus dengan permintaan yang tinggi terhadap nikel saprolit untuk bahan baku baja nirkarat. 

Bijih nikel dibongkar dari kapal pengangkut curah Sansho./Bloomberg-Carla Gottgens

Di sisi lain, cadangan nikel saprolit terus menipis lantaran tidak diimbangi dengan upaya eksplorasi di wilayah-wilayah greenfield dan frontier untuk mempertebal daya tahan cadangan tertakar domestik.