Komentar Trump ini muncul sebagai respons atas pertanyaan tentang laporan bahwa Israel telah menghidupkan kembali rencana untuk menyerang Iran. Dia mengatakan tidak setuju dengan ide Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena bisa mengganggu pembicaraan yang sedang berlangsung antara AS dan Iran.
Trump menggambarkan alternatif yang memberi AS pilihan untuk menghancurkan infrastruktur terkait program senjata yang akan dimasukkan ke dalam perjanjian dengan Iran.
"Kita bisa meledakkan laboratorium, tetapi tidak akan ada seorang pun di laboratorium itu, dibandingkan dengan semua orang ada di laboratorium dan meledakkannya, bukan?" imbuhnya.
Para pejabat Iran belum mengomentari pernyataan Trump ini.
Setelah Perang Teluk 1991, rezim yang dipimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diberlakukan di Iran, di mana para inspektur diizinkan untuk menghancurkan infrastruktur yang terkait dengan senjata nuklir dan kimia.
Iran telah berulang kali memperingatkan AS atas ancaman aksi militernya. Para pejabat Iran bersikeras program nuklir mereka hanya untuk tujuan damai dan pengayaan uranium diperlukan untuk sektor tenaga nuklirnya.
Sebelumnya pada Rabu, para pejabat di Iran mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk mengizinkan warga Amerika menjadi bagian dari tim inspeksi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) berdasarkan kesepakatan masa depan dengan AS—kemunduran dari praktik pengecualian para inspektur yang berkewarganegaraan AS.
Komentar Trump tentang kemampuan untuk menghancurkan infrastruktur nuklir bisa membuat para pejabat di Iran memikirkan kembali konsesi tersebut.
Meski ada jarak yang terlihat antara harapan dan kenyataan, Trump terdengar optimis tentang kesepakatan, yang sedang dinegosiasikan oleh utusan khususnya, Steve Witkoff.
"Mereka masih harus menyetujui tahap akhir dari dokumen, tetapi saya pikir Anda akan sangat terkejut dengan apa yang terjadi di sana, dan itu akan menjadi hal yang luar biasa bagi mereka," kata Trump. "Mereka bisa memiliki negara yang hebat di masa depan."
Setelah pembicaraan di Roma pada Jumat, Menteri Luar Negeri Iran sekaligus negosiator utama, Abbas Araghchi mengatakan mereka akan membuat kemajuan menuju kesepakatan dalam beberapa pertemuan berikutnya.
(bbn)

































