Sejumlah saham yang menguat tajam dan menjadi top gainers, antara lain saham PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM) yang melejit 34,59%, saham PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO) yang melesat 34,31%, dan saham PT Lovina Beach Brewery Tbk (STRK) yang menguat 30%.
Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers, di antaranya saham PT First Media Tbk (KBLV) yang ambles 14,9%, saham PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) yang jatuh 14,1%, dan saham PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk (NAIK) yang ambruk 14,53%.
Sementara Bursa Saham Asia kompak menapaki jalur merah, yang berseberangan dengan IHSG. Pada penutupan perdagangan, SETI (Thailand), Shenzhen Comp. (China), PSEI (Filipina), NIKKEI 225 (Tokyo), CSI 300 (China), TOPIX (Jepang), Hang Seng (Hong Kong), KOSPI (Korea Selatan).
Sementara, Shanghai Composite (China), KLCI (Malaysia), dan TW Weighted Index (Taiwan), yang terpangkas dan melemah masing-masing sedalam 1,83%, 1,37%, 1,30%, 0,98%, 0,91%, 0,88%, 0,79%, 0,73%, 0,68%, 0,66%, dan 0,24%.
Di sisi berseberangan hanya ada empat index yang berhasil menguat, dipimpin oleh SENSEX (India), IHSG (Indonesia), Straits Times (Singapura), dan Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam), yang berhasil menguat masing-masing 1,48%, 0,86%, 0,54%, dan 0,26%.
Bursa Saham Asia lain yang terbenam di zona merah seiring reli yang dipicu oleh pembicaraan dagang Amerika Serikat dengan China mulai kehilangan momentum. Kegelisahan pasar tetap ada mencermati pasar masih rentan terhadap kejutan.
Pelemahan saham China pada Kamis mengerem reli disebabkan oleh membaiknya hubungan Beijing–Washington yang kini sudah terefleksi dalam harga saham, kata Richard Tang, analis China di Julius Baer, dilansir dari Bloomberg News.
“Kami percaya pasar telah priced in ke harga kemungkinan penurunan tensi dagang AS-Tiongkok,” katanya.
Berkurangnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga jadi sentimen pasar di Asia.
Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan, penting bagi bank sentral untuk tidak terlalu reaktif terhadap volatilitas harian di pasar saham dan kebijakan ekonomi, mengingat data ekonomi saat ini tetap stabil.
Wakil Gubernur Fed Philip Jefferson menambahkan, tarif dan ketidakpastian terkait bisa memperlambat pertumbuhan dan meningkatkan inflasi tahun ini, namun kebijakan moneter siap untuk menyesuaikan bila dibutuhkan.
“Jika kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini berkelanjutan, hal itu kemungkinan akan mengganggu kemajuan dalam disinflasi dan menghasilkan setidaknya kenaikan sementara dalam inflasi,” kata Jefferson pada hari Rabu dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh The New York Fed.
(fad/wep)
































