"Kami percaya bahwa dengan berfokus pada layanan produk virtual, Bukalapak dapat memperkuat posisinya dalam ekosistem digital serta memberikan layanan terbaik kepada pengguna. Langkah ini adalah bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk terus relevan dan kompetitif di industri," kata Dimas.
"Selain berfokus pada produk virtual, Bukalapak telah mengembangkan berbagai lini bisnis baru seperti Mitra Bukalapak, gaming, investment, dan retail selama beberapa tahun terakhir. Kami melihat prospek bisnis yang positif di segmen-segmen ini, yang juga menjadi bagian dari strategi pertumbuhan perusahaan."
Bukalapak Tak Lagi Relevan
Sejumlah anak muda yang gemar berbelanja secara daring, saat ditemui Bloomberg Technoz bulan Februari menyatakan, Bukalapak tidak lagi relevan sebagai platform tujuan berbelanja. Angel (18) seorang pelajar SMA asal Depok lebih familiar dengan Shopee, meski mengaku tahu Bukalapak yang merupakan salah satu marketplace.
Senada dengan Angel, Syavira (25) yang bekerja sebagai seorang freelancer, mengatakan meski tahu Bukalapak sebagai platform e-commerce, tetapi dia tidak pernah menggunakannya karena "kurang menarik." Cerita lengkap Anak Muda Tak Lagi Belanja di E-commerce Bukalapak.
Bukalapak tetap ada di kelompok kedua di jajaran pelaku usaha platform perdagangan online, bersama Blibli, kalah dari dua layer paling top, Shopee-TikTok Tokopedia (keduanya resmi bermitra di pasar Indonesia), efek kalah dalam inovasi dan strategi bakar uang, jelas Direktur Ekonomi Digital CELIOS Nailul Huda.
"Apa yang terjadi di Bukalapak, semakin mengindikasikan inovasi dan bakar uang yang dilakukan oleh e-commerce atau hampir di semua industri digital itu bisa menjadi alat bertahan."
TikTok sendiri dinilai berambisi dalam penetrasi pasar domestik, khususnya produk bidang fashion dan gaya hidup. Kolaborasi TikTok-Tokopedia melahirkan gerbong baru —yang awalnya saling bersaing— membuat kompetisi makin sengit, terang analis Bloomberg Intelligence Nathan Naidu.
Pemimpin di pasar ecommerce Indonesia masih milik Shopee, yang selama ini berhasil meningkatkan transaksi dengan strategi menggelontorkan belanja untuk belanja iklan. Berdasarkan data Momentum Works 2022, Shopee mengambil porsi pangsa pasar 36%, disusul Tokopedia 35%, Lazada bersama Bukalapak 10%, TikTok 5%, dan BliBli 4%.
Di Asia Tenggara pangsa pasar Shopee tercatat US$18,7 miliar, mengutip laporan Fitch Solution BMI. Shopee juga masih menjadi pemimpin pasar di kawasan tahun lalu, diikuti TikTok dan Lazada, mengutip Bloomberg News. Nilai transaksi penjualan Shopee diklaim Forrest Li, Chairman dan CEO Sea (induk Shopee) naik 28% dari tahun ke tahun, dengan capaian GMV US$100,5 miliar dan pendapatan US$12,4 miliar di 2024, dilaporkan Bloomberg.
Daftar 10 Ecommerce yang Tutup Layanan di Indonesia
Kompetisi sengit di sektor ecommerce sebelumnya telah menumbangkan JD.id, platform yang menjadi bagian dari raksasa teknologi asal China, JD.com. JD yang hadir di Indonesia dengan menggandeng mitra lokal Provident Capital, resmi ‘shut down’ akhir Maret 2023.
Secara umum perusahaan startup teknologi, termasuk bidang perdagangan daring, makin menghadapi sejumlah tantangan. Target valuasi bukan menjadi hal utama untuk dikejar, melainkan profitabilitas, kata Investment Partner GDP Venture, Antonny Liem.
Perjalanan Bukalapak
Sebagaimana diketahui, Bukalapak didirikan pada 2010 oleh beberapa orang pengusaha, Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhammad Fajrin Rasyid.
Mulanya, e-commerce ini berdiri sebagai marketplace untuk memfasilitasi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sebagai bagian dari membuat ekonomi yang berkeadilan dan merata.
Hingga 2020, perusahaan bahkan terus mengalami perkembangan dan menjadi salah satu perusahaan startup teknologi besar all commerce di Indonesia, dan berpengaruh terhadap penetrasi UMKM warung di Indonesia.
Ekspansi bisnis bahkan juga dilakukan oleh Bukalapak dengan menyediakan berbagai fitur dan produk tambahan seperti layanan logistik melalui Bukasend hingga keuangan digital seperti Bmoney.
Perseroan juga sempat memiliki lebih dari 100 juta pengguna layanan dan sebanyak 13,5 juta UMKM di Indonesia, terbilang menyusut dari laporan per Mei 2023 lalu. Pada saat itu, BUKA melaporkan pengguna mencapai 130 juta dan 16,8 juta mitra UMKM.

Yang Tersisa di Bukalapak Usai Galang Dana Rp22 Triliun di IPO
Menariknya, jauh sebelum Bukalapak menutup bisnis ecommer, pada 2021 perusahaan melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakumulasi dana mencapai US$1,5 miliar, atau hampir Rp22 triliun (dengan asumsi kurs rupiah pada saat itu).
Pada saat itu, jumlah saham yang ditawarkan sebanyak-banyaknya sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO, dengan harga penawaran Rp750-850. Aksi korporasi tersebut juga sekaligus menjadi akumulasi dana terbesar sepanjang sejarah bursa saham di Indonesia, sekaligus IPO pertama perusahaan startup unicorn di kawasan Asia Tenggara.
Namun, usai melantai di Bursa, kinerja perusahaan justru tercatat menurun drastis. Laporan keuangan negatif, harga sahamnya anjlok. Sejak berstatus emiten, harga BUKA terjun sekitar 86% berdasarkan catatan perdagangan. Sepanjang 2024 Bukalapak mencatatkan rugi 13,28% yoy menjadi Rp1,54 triliun dengan capaian pendapatan bersih berubah tipis ke Rp4,46 triliun. BUKA menunjukkan perbaikan di laporan awal kuartal tahun ini dengan perolehan laba Rp110,6 miliar dibandingkan periode sebelumnya rugi Rp41,96 miliar.
Kursi kepemimpinan Bukalapak juga silih berganti, mulai dari pengunduran diri Achmad Zaky, salah satu pendiri, dan digantikan oleh Rachmat Kaimuddin. Dua pendiri BUKA lainnya, Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid, juga menyusul mengundurkan diri. Saat ini Bukalapak dipimpin oleh Willix Halim, yang sebelumnya berperan sebagai Chief Operating Officer (COO) sejak tahun 2016.
Buyback Rp1,9 Triliun
Adapun kabar terbaru dari Bukalapak yakni rencana melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp1,9 triliun. Aksi korporasi ini akan berlangsung 26 Maret hingga 25 Juni 2025.
Sekretaris Perusahaan BUKA, Cut Fika Lutfi mengatakan aksi buyback saham dilakukan akibat adanya fluktuasi kondisi pasar keuangan yang terjadi secara signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Aksi ini dapat dilakukan di luar maupun di dalam Bursa.
Perusahaan menyampaikan alokasi dana internal disiapkan untuk pembelian saham kembali yang beredar di pasar. Bukalapak pastikan aksi buyback tidak mempengaruhi kemampuan keuangan secara signifikan. Bukalapak tidak mematok batas maksimal jumlah saham yang akan dilakukan.
BUKA mengambil kesempatan buyback tanpa perlu persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) usai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi keleluasaan aksi korporasi saat pasar berfluktuasi dengan terbitnya POJK 29/2023.
(prc/wep)