Logo Bloomberg Technoz

Antam, tulis UBS, menargetkan memproduksi emas sebanyak 70 ton pada 2027 dari posisi saat ini 30 ton. Perseroan juga berencana memiliki sendiri cadangan emas dalam beberapa tahun ke depan.

Di bisnis nikel, demikian UBS, harga jual rata-rata bijih nikel Antam terbukti resilien, mencapai US$ 45 per ton, naik 31% secara tahunan. Ini menunjukkan pasokan ketat bijih nikel, yang diprediksi berlanjut sampai akhir 2025.

Sementara itu, UBS melanjutkan, ASP feronikel kuartal I-2025 mencapai US$ 12 ribu per ton, dengan cash cost US$ 11 ribu per ton. Ini menghapus kekhawatiran bisnis smelter ANTM bakal merugi.

Di bisnis bisnis hilirisasi nikel, UBS mencatat, perusahaan patungan (JV) Antam di sektor baterai EV terus berlanjut. Seiring dengan itu, penjualan bijih nikel Antam bisa bertambah 20 juta ton per tahun mulai 2029.

UBS menilai, bisnis bauksit Antam tak kalah mentereng. Penjualan bijih bauksit bisa melejit, didukung oleh ekspansi kapasitas JV alumina. Apalagi, pemerintah sudah melarang ekspor bijih bauksit, yang akan menguntungkan pemasok mineral ini, seperti Antam.

UBS menaikkan target harga saham ANTM menjadi Rp 2.785 dari tadinya Rp 2.430, lantaran kini memakai valuasi berbasis kinerja keuangan 2026. Target harga itu mencerminkan PER 2026 sebesar 10,4 kali.

BNI Sekuritas juga mengerek target harga saham ANTM dari Rp 2.000 ke Rp 3.000. Sama seperti UBS, BNI Sekuritas menetapkan ANTM sebagai saham pilihan teratas di sektor mineral.

(red)

No more pages