Logo Bloomberg Technoz

Tarif Listrik PLTS Kopdes Mahal, Bakal Sulit Tanpa Insentif Pajak

Azura Yumna Ramadani Purnama
23 September 2025 08:00

PLTS Muin berkapasitas 50 kWp di Desa Muin, Papua Selatan merupakan salah satu dari 13 PLTS milik PLN yang diresmikan oleh Presiden Prabowo (Dok. PLN)
PLTS Muin berkapasitas 50 kWp di Desa Muin, Papua Selatan merupakan salah satu dari 13 PLTS milik PLN yang diresmikan oleh Presiden Prabowo (Dok. PLN)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Pakar energi dari Universitas Padjajaran (Unpad) Yayan Satyakti menyatakan biaya tarif listrik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia masih terbilang mahal, sehingga rencana pembangunan PLTS berkapasitas total 100 gigawatt (GW) di Koperasi Desa Merah Putih diprediksi sulit dilakukan tanpa bantuan insentif fiskal.

Yayan menjelaskan tarif listrik PLTS di Tanah Air berkisar antara US$0,12—US$0,15 sen per per kilowatt hour (kWh), atau masih terpaut jauh dengan biaya tarif listrik di negara-negara pengguna PLTS lainnya.

Sebagai perbandingan, tarif listrik dari PLTS di Uni Eropa (UE) adalah sekitar US$0,09—US$0,11 sen per kWh, Brasil US$0,07—US$0,09 sen per kWh, dan China US$0,04—US$0,06 sen per kWh.


Dari sisi biaya investasi, belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk PLTS di Tanah Air juga diperkirakan sekitar US$1 juta per megawatt (MW). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Brasil yang berkisar antara US$1,8—US$2 juta per MW, maupun Uni Eropa yang bisa mencapai US$2,5—US$3 juta per MW.

Kolaborasi antara PLN dan Medco dalam pembangunan PLTS Bali Timur berkapasitas 25 megawatt peak (MWp) pada Kamis (26/6). (Dok. PLN)

Akan tetapi, Indonesia masih tertinggal dari China yang bisa menekan biaya lebih murah, yakni sekitar US$700.000—US$850.000 per MW.