Selain itu, kata dia, angka MVA Indonesia juga disebut sudah melampaui rata-rata MVA global sebesar US$78,73 miliar. Adapun, rata-rata MVA Indonesia secara historis sebesar US$102,85 miliar.
"Indonesia sudah berhasil menempatkan diri dalam manufacturing value added, pada posisi kedua belas besar di dunia, dan nomor lima terbesar di Asia setelah China, Jepang, India dan Korea Selatan," kata dia.
Selain dari sisi itu, klaim yang kerap disebut Indonesia masuk deindustrialisasi berdasarkan tingkat kontribusi manufaktur terhadap PDB [Produk Domestik Bruto] Nasional juga masih salah.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan selama kuartal I tahun ini, kontribusi sektor manufaktur terhadap total PDB sejak Januari hingga Maret tahun ini sebesar 17,50%, naik tipis dari 17,47% dibandingkan kuartal I/2024 (yoy).
Torehan tersebut juga masih naik jika dibandingkan dari kuartal sebelumnya yang sebesar 17,31% (periode Oktober-Desember/Kuartal IV/2024).
"Dan ini, sekali lagi, [industri manufaktur] terus-menerus menjadikan faktor utama penyumbang dari pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan juga daya saing ekspor nasional."
(ell)

































