Logo Bloomberg Technoz

Pada tahun lalu, perwakilan Jushi telah melakukan kunjungan ke Indonesia untuk survei dan penelitian terhadap bahan baku pasir silika di Tanah Air. Oleh karena itu, Luhut optimistis investasi pabrik serat kaca tersebut realistis untuk diwujudkan, kendati dia tidak menyebut berapa potensi nominalmya. 

“Dengan demikian, pasir silika yang jumlahnya melimpah di negeri ini tidak hanya akan ditambang dan diekspor mentahnya saja, tetapi akan menghadirkan puluhan ribu industri turunan yang akan memberikan peningkatan nilai tambah pada komoditas yang diolah sehingga semangat hilirisasi industri untuk menambah pendapatan negara bisa berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” terangnya.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat kunjungan ke Jushi, China. (Dok. Instagram)

Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)/Kementerian Investasi mengungkapkan setidaknya dua perusahaan Negeri Panda yang berniat mengucurkan modalnya di sektor industri kaca dengan kebutuhan lahan antara 20—200 hektare.

Menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bahan baku pasir silika di Indonesia paling banyak terdapat di Bangka Belitung. Perusahaan asal China, Xinyi, dikabarkan telah melirik lokasi tersebut untuk penambangan pasir silika.

Dalam beberapa kesempatan, Luhut menyinggung soal kebutuhan investasi hilir untuk komoditas pasir silika. Salah satunya adalah di sektor industri panel surya. Hal ini pula yang membuatnya geram ketika Singapura meminta impor listrik berbahan baku energi terbarukan (EBT), tetapi tidak mau berinvestasi panel surya di Indonesia. 

“Singapura minta supaya kita ekspor listrik clean energy ke sanna. Kita enggak mau. Saya bilang enggak mau. Mau kalau proyeknya di kita, jadi kita jual. Jadi jangan mereka yang mengatur,” tegas Luhut seusai acara Reuni 45 Tahun Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Angkatan 1978 di The Westin Hotel, Jakarta Selatan ( 9/5/2023).

Dalam kaitan itu, Pemerintah Indonesia ingin agar Singapura merealisasikan investasi ekosistem panel surya, yang nilainya ditaksir menembus US$50 miliar. Indonesia memiliki bahan baku pasir silika untuk mendukung industri panel surya tersebut.

“Singapura pikir kita bodoh saja. Dia tenderkan ke perusahaan-perusahaan kita. [...] Jadi sekarang, sektor industrinya [panel surya] harus kita buat di Indonesia. Policy sektor industri ini tidak bisa bersaing dengan China karena China itu kompetitif.  Hanya bisa bersaing kalau ambilnya dari offtaker,” ujarnya.

(wdh)

No more pages