IMF mengutip pertumbuhan pasokan minyak yang kuat dari negara-negara non-OPEC+ dan permintaan yang lemah karena ekonomi global yang melambat.
Harga minyak mentah Brent telah merosot sekitar 15% tahun ini menjadi sekitar US$63 per barel. Hal itu disebabkan oleh perang dagang yang dipimpin AS dan OPEC+ yang mengumumkan peningkatan produksi minyak yang lebih cepat dari perkiraan.
Irak mengalami salah satu penurunan peringkat terbesar. IMF sekarang memperkirakan produk domestik brutonya (PDB) akan berkontraksi 1,5% tahun ini, bukannya naik 4,1%, seperti yang diperkirakan pada Oktober. Prospek Arab Saudi diturunkan menjadi 3% dari 4,6%.
Sementara pertumbuhan nonminyak diharapkan akan didukung oleh proyek infrastruktur dan upaya diversifikasi lainnya di Teluk, IMF mengatakan beberapa pengeluaran pemerintah mungkin akan diturunkan sejalan dengan harga minyak mentah.
"Telah terjadi kalibrasi ulang rencana pengeluaran investasi yang diakibatkan oleh harga minyak yang lebih rendah, yang semakin diperparah oleh penurunan harga minyak akibat meningkatnya ketegangan perdagangan baru-baru ini," kata IMF.
Meskipun demikian, dampak langsung dari perubahan tarif "secara umum terbatas" pada GCC karena pengecualian tarif pada ekspor energi dan terbatasnya ekspor non-minyak ke AS, kata pemberi pinjaman tersebut.
Seluruh wilayah MENA diperkirakan tumbuh 2,6% tahun ini, 1,4 poin persentase lebih rendah dari estimasi Oktober.
(bbn)
































