Logo Bloomberg Technoz

Tak tanggung-tanggung, Belladona memperkirakan ada sekitar 170.000 lapangan pekerjaan yang terbuka dari sektor konstruksi, teknik, hingga pengawasan atau monitoring, reporting, and verification (MRV).

"Dia juga bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan GDP. Jadi kita telah menghitung, pertumbuhan GDP ini bisa sekitar 0,8%—1%,” ucapnya.

Cara Kerja

Lebih lanjut, dia menjelaskan cara kerja CCS dimulai dari penangkapan CO2 di cerobong asap. Proses ini dilakukan dengan mengambil emisi atau polutan berbentuk gas, lalu diproses sebelum ditransportasikan ke fasilitas penyimpanan.

"Sebelum ditransportasikan, biasanya diproses. Jadi, gas di cerobong-cerobong itu dipisahkan antara CO2 dengan gas-gas lainnya. Setelah dipisahkan itu dicairkan, lalu baru ditransportasikan," jelasnya.

Kemudian untuk proses pendistribusian CO2 yang sudah dicairkan, akan menggunakan pipa gas ataupun kapal. Setelah sampai, CO2 akan disuntikkan ke fasilitas CCS di sumur minyak dan gas bumi eksisting maupun sumur yang baru dibor.

"Setelah ditransportasikan lalu akan diinjeksikan ke dalam tanah ya, kita sebutnya storage," tambah Belladona.

Khusus untuk sumur yang baru dibor, Belladona menerangkan dunia CCS menyebutnya dengan salin akuifer, yakni lapisan air yang kaya dengan konsentrasi garam. Salin akuifer merupakan lapisan air dengan konsentrasi garam yang tinggi.

“Jadi, itu dua lapisan tujuan kita," imbuhnya.

Dia menegaskan teknologi CCS sangat penting untuk menyukseskan agenda transisi energi di Indonesia. asilitas itu akan mereduksi emisi karbon di Indonesia secara efektif. Dengan demikian, target net zero emission (NZE) yang dipatok pada 2060 bisa terealisasi.

Utusan Khusus Presiden RI Prabowo Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo sebelumnya menyatakan Indonesia akan menjadi negara superpower dalam hal teknologi CCS, salah satunya melalui hilirisasi batu bara.

Hasyim mengatakan pemerintah akan memberikan peluang pengembangan CCS bagi industri batu bara. Nantinya, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis energi fosil akan menangkap karbon yang berasal dari CCS.

“Bahkan, Indonesia akan jadi superpower di bidang CCS, karena rongga atau kapasitas Indonesia di bawah tanah luar biasa banyak dan besar,” kata Hasyim dalam acara CNBC Economic Outlook 2025, bulan lalu.

Adik kandung Presiden Prabowo Subianto itu menyebut, selain dari hilirisasi batu bara, terdapat proyek CCS yang akan dibangun ExxonMobil sebesar 3 gigawatt (GW) yang berlokasi 100 kilometer dari Pantai Utara Banten.

Hasyim menggarisbawahi bahwa komoditas batu bara belum akan habis dalam beberapa tahun ke depan. Bahkan, dia menepis kabar batu bara tidak boleh lagi digunakan karena haram.

“Saya beda pendapat, karena ada teknologi. Ada namanya CCS, saya belajar, saya pelajar, saya juga masih belajar, mahasiswa. Guru saya siapa? Chief Exxon, BP, banyak jadi guru saya,” imbuhnya.

Pemerintah dan ExxonMobil belum lama ini telah resmi menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk rencana investasi US$10 miliar (atau setara Rp162,8 triliun) di Indonesia.  

Adapun, investasi ini bakal digelontorkan untuk membangun fasilitas untuk CCS dan industri petrokimia di Indonesia.

(mfd/wdh)

No more pages