Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas tak letih memecahkan rekor termahal baru sepanjang masa, di tengah ketidakpastian perekonomian dunia yang makin menguat akibat perang dagang yang disulut oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, juga kritik makin keras Trump terhadap Gubernur Federal Reserve Jerome Powell.

Rekor harga yang terus diperbarui itu membuat sebagian masyarakat makin tertarik ikut berburu emas karena dinilai bisa memberi cuan lebih menarik ke depan, bahkan dibandingkan instrumen investasi kertas (paper investment) lain seperti saham atau surat utang alias obligasi. Namun, benarkah emas bisa lebih menguntungkan dibanding paper investment?

Lonjakan harga emas dunia telah memecahkan rekor baru lagi, menjebol US$ 3.444 per troy ounce pada awal perdagangan hari Selasa pagi ini. Terus melesatnya harga emas dunia memantik kenaikan harga emas di pasar lokal. Tak ayal, hal itu belakangan memicu fenomena fear of missing out (FOMO).

Banyak orang berbondong-bondong memborong emas batangan disertai keyakinan harganya akan terus melesat ke depan. Padahal harga emas batangan di pasar domestik juga makin mahal. 

Salah satu produsen emas besar di Tanah Air, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada Selasa hari ini, menjual emas batangan di banderol Rp2.016.000 per gram. Itu menjadi level harga emas Antam termahal sepanjang masa.