Logo Bloomberg Technoz

Sementara harga buyback emas Antam juga terkerek naik ke level termahal dalam sejarah yaitu di Rp1.865.000 per gram, berjarak sekitar Rp151.000 per gram dengan harga jualnya. Itu juga menjadi jarak harga terlebar sejauh yang dicatat selama ini.

Rekor harga emas yang tak lelah mendaki itu, mengantarkan kenaikan 33,3% year-to-date atau dibandingkan posisi harga emas dunia pada penutupan tahun 2024 lalu.

Adapun di pasar lokal, kenaikan harga jual emas Antam mencapai 31,3% sepanjang tahun. Selain mengikuti harga emas dunia, kenaikan harga emas Antam yang lebih besar ketimbang harga mancanegara sepertinya juga terdampak kian mahalnya dolar AS di dalam negeri. Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah tergerus 4,2% year-to-date.

Bila membandingkan pertumbuhan harga emas dunia -yang hampir selalu sejalan dengan pertumbuhan emas lokal- dibandingkan dengan indeks saham domestik, IHSG, pada beberapa periode harga emas memang lebih tinggi.

Sebagai contoh, dalam lima tahun terakhir, harga emas dunia secara point-to-point (ptp) dibandingkan antara harga 21 April 2020 dengan harga tertingginya, kenaikannya sudah 104,2%. Sedangkan harga emas Antam membukukan kenaikan hingga 114,3%. Lima tahun lalu, harga emas Antam masih dijual di kisaran Rp924.000 per gram. 

Pada saat yang sama, IHSG dalam lima tahun terakhir mencatat total return sebesar 66,3% seperti hitungan Bloomberg.

Bisa Terus Rekor

Analis menilai, apabila ketidakpastian global masih terus besar dengan kekhawatiran akan pelemahan ekonomi AS, harga emas bisa berlanjut memecahkan rekor. 

“Kenaikan harga emas seperti kekhawatiran pasar karena kebijakan Trump dengan kenaikan tarifnya, bakal bertahan lebih lama karena isunya masih berlangsung,” kata Presiden Direktur Doo Financial Futures Ariston Tjendra pada Bloomberg Technoz, Selasa (22/4/2025).

Ia memperkirakan, harga emas Antam berpotensi menembus Rp2,2 juta hingga Rp2,3 juta per gram ketika harga emas di pasar dunia mencapai US$ 3.700 per troy ounce dan kurs dolar AS seharga Rp17.000.

Dengan peluang kenaikan yang masih terus berlanjut, pamor emas agaknya akan semakin menghempaskan daya tarik investasi paper investment seperti saham atau obligasi. Nah, benarkah memegang emas sejauh ini lebih menguntungkan ketimbang saham?

Berikut ini perbandingan antara kenaikan harga emas dunia, harga emas Antam sampai posisi harga tertingginya, dengan total return IHSG hingga posisi penutupan indeks saham kemarin, dikompilasi oleh Tim Riset Bloomberg Technoz dari data Bloomberg juga data Antam:

Periode Harga Emas Dunia (troy ounce) Kenaikan (%) Harga Emas Antam (Rp per gram) Kenaikan (%) Total return IHSG (%)
30 tahun (21 April 1995) US$ 390,4 782,2% Rp25.000 7.820% 2.808,7%
20 tahun (21 April 2005) US$ 432,57 696,2% Rp118.000 1.577,9% 936,4%
10 tahun (21 April 2015) US$ 1.202,41 186,4% Rp546.000 262,6% 55,8%
5 tahun (21 April 2020) US$ 1.686,2 104,2% Rp924.000 114,3% 66,3%
1 tahun (22 April 2024) US$ 2.327,3 48% Rp1.347.000 47% -5,1%
Year-to-date (31 Desember 2024) US$ 2.624 31,3% Rp1.515.000 30,7% -7,3%

Sumber: Bloomberg, Antam

Melihat perbandingan data dalam tabel di atas, terungkap bahwa lonjakan harga emas di pasar lokal memang jauh mengungguli tingkat pengembalian (return) IHSG dalam jangka terpanjang yakni 30 tahun terakhir.

Harga emas Antam 30 tahun lalu masih di kisaran Rp25.000 per gram. Dengan harga hari ini hampir Rp2 juta per gram, terjadi kenaikan hampir 8.000%. Sementara IHSG pada periode yang sama naik hampir 3.000%.

Perbandingan pergerakan IHSG dengan harga emas dunia (Riset Bloomberg Technoz)

Terlihat bahwa IHSG yang menjadi acuan kinerja harga saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, tidak pernah menang melawan emas selama 30 tahun ini. Malah, melihat kinerja year-on-year dan year-to-date, IHSG malah mencatat return minus di kala emas Antam melenggang dengan kenaikan masing-masing 48% dan 31%.

Return IHSG hanya sekali mengungguli harga emas dunia yakni dalam 20 tahun terakhir di mana ketika harga emas dunia mencetak kenaikan 696,2%, IHSG berhasil membukukan return hingga 936,4%.

Beda Fungsi

Namun, penting untuk dicatat oleh para penyuka emas. Emas secara karakteristik sejatinya berbeda dengan saham. Emas merupakan instrumen lindung nilai dari kemerosotan nilai uang kertas dalam jangka panjang. Emas tidak memberikan yield atau imbal hasil, layaknya saham yang bisa memberikan dividen atau obligasi yang juga memberikan pendapatan kupon.

Mudahnya seperti ini. Ketika seseorang memegang emas sejak tahun 1995, sebesar katakanlah 100 gram atau di harga kala itu dibeli seharga Rp2,5 juta, emas itu berhenti menjadi emas semata. Ia tidak menghasilkan pendapatan baru nan segar.

Emas baru memberikan untung ketika dijual di pasar pada harga lebih mahal ketimbang harga beli. Selama 30 tahun memegang emas tersebut, seseorang tidak mendapatkan imbalan atau pendapatan apapun dari kepemilikannya tersebut.

Emas dalam konteks tersebut berfungsi sebagai pelindung nilai uang kertas senilai Rp2,5 juta pada tahun itu. Ketika menjual emas pada hari ini di harga buyback Rp1.865.000 per gram, penyimpan emas tersebut memperoleh dana Rp186,5 juta. Ada keuntungan dari kenaikan harga alias capital gain mencapai lebih dari 7.000% dalam 30 tahun.

Sementara saham atau obligasi, memberikan dividen dan kupon tiap periode tertentu. Itulah yang disebut dengan passive income di mana seorang investor menerima pendapatan dari sebuah investasi di satu saham atau surat utang selama memegang surat berharga tersebut.

Ketika obligasi tersebut jatuh tempo, uang ditanam di obligasi akan dikembalikan 100%. Sementara uang di saham, bisa memberikan keuntungan bila dijual di kala harganya naik. Pun sebaliknya, bila dijual ketika harga saham turun, investor bisa menanggung kerugian.

Dengan kata lain, emas lebih tepat disebut sebagai instrumen penahan nilai, penahan kekayaan. Sementara saham dan instrumen paper investment lain merupakan instrumen untuk melipatgandakan modal, pemberi pendapatan pasif. Dua-duanya penting dalam keranjang portofolio dengan fungsi yang saling melengkapi.

- dengan asistensi Muhammad Fikri 

(rui/aji)

No more pages