Di dalam negeri, peluang tambahan juga datang dari likuiditas Bank Indonesia. Bahana mencatat bahwa akan ada jatuh tempo surat berharga SRBI senilai Rp403 triliun (US$24 miliar). Dana jumbo ini sebagian besar akan mengalir ke saham.
“Kami sudah berbicara dengan BP Jamsostek, dan mereka menyatakan bahwa dana jatuh tempo dari SRBI akan secara bertahap direalokasi ke pasar saham, sebagai bagian dari komitmen mereka mendukung IHSG dalam jangka menengah,” kata Satria dalam reportnya, Kamis (10/4/2025).
Makro Ekonomi Kondusif: Rupiah, Minyak, dan Komoditas
Dari sisi makro, Bahana menilai Indonesia berada dalam posisi yang sangat strategis. Harga minyak dunia rendah, mendorong inflasi tetap terkendali. Di sisi lain, harga CPO masih tinggi, batu bara relatif stabil, dan nilai tukar rupiah yang masih undervalued membuka ruang apresiasi lebih lanjut.
“Rupiah cenderung reli belakangan dibanding mata uang negara berkembang lainnya,” tulisnya lagi. Setelah kebutuhan valas untuk Lebaran berakhir di Mei-Juni, penguatan rupiah dan ekspektasi penurunan suku bunga BI pada kuartal III 2025 akan semakin menguat.
Bahana menegaskan bahwa investor tidak seharusnya menjual saat pasar mulai naik. Justru sebaliknya, saatnya mengalokasikan dana tunai dan fokus membeli saham-saham berkualitas.
“Pasar saat ini diperdagangkan dengan valuasi seperti masa Covid, tapi tanpa adanya krisis kesehatan global yang mematikan,” ungkapnya
Saham-Saham Pilihan Bahana
Berikut saham unggulan yang direkomendasikan Bahana untuk dikoleksi saat ini:
- BBRI – Bank Rakyat Indonesia
- BRIS – Bank Syariah Indonesia
- ANTM – Aneka Tambang
- CTRA – Ciputra Development
- GOTO – GoTo Gojek Tokopedia
- ADHI – Adhi Karya
Selain itu, saham-saham berbasis komoditas juga berpotensi mendapat dorongan dari stimulus global yang sedang dipersiapkan secara serempak oleh negara-negara besar.
Disclaimer
Artikel ini bukan ajakan dari Bloomberg Technoz untuk membeli saham tertentu. Semua risiko investasi yang dilakukan investor menjadi tanggungjawab secara mandiri.
(red/wep)
