"Jadi tidak usah gundah-gulana, memang pembelian SBN dalam rangka supaya moneternya, kami kebijakan moneternya pro stabilitas dan pertumbuhan. Artinya kami perlu ekspansi moneter," ujarnya.
Kendati demikian, Perry memastikan penggunaan hasil SBN merupakan kewenangan pemerintah.
Menyitir situs resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan SBN oleh BI adalah Rp1.543,95 triliun atau setara 24,96% dari total outstanding SBN per 5 Maret 2025.
Angka itu lebih besar dibandingkan kepemilikan BI sebesar Rp1.519,6 triliun atau setara 24,55% dari total outstanding SBN per 28 Februari 2025.
Dalam kesempatan berbeda, Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan peningkatan kepemilkan SBN oleh BI justru berisiko membuat nilai tukar rupiah makin anjlok. Hal ini terjadi karena bertambahnya kepemilikan SBN oleh BI akan meningkatkan pasokan (supply) rupiah di pasar.
"Kalau misalnya BI melakukan pembelian SBN dalam jumlah sangat besar di pasar itu bisa berdampak pada nilai tukar. Justru malah menetralisir dampak dari intervensi BI di pasar valuta asing," ujar Satria kepada Bloomberg Technoz.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bank sentral berencana membeli SBN senilai Rp150 triliun dari pasar sekunder pada 2025.
"Menurut bacaan kami untuk rencana operasi moneter 2025, setelah kita lihat berbagai perkembangan, uang primer, kebutuhan likuiditas dan segala macam, ada bagian dari rencana operasi moneter untuk ekspansi melalui penerbitan SBN dari pasar sekunder," ujarnya.
(lav)






























