Dengan besar pelemahan di awal perdagangan yakni hingga 0,37%, rupiah pagi ini menjadi mata uang Asia dengan penurunan nilai terdalam di Asia.
Di belakang rupiah, ada ringgit yang tergerus 0,15%, yuan offshore juga melemah 0,14%, yuan Tiongkok 0,12%, dolar Singapura dan won Korsel juga melemah 0,04%.
Adapun baht dan peso masih menguat masing-masing 0,10% dan 0,04%, disusul dolar Taiwan yang naik tipis 0,03%.
Pelemahan rupiah sudah diperkirakan melihat lanskap pasar global yang cenderung negatif. Indeks dolar AS menguat lagi, kini ada di kisaran 107,06. Adapun yield Treasury, surat utang AS, naik lagi di semua tenor di mana UST-10Y kini ada di 4,548%. Kenaikan imbal hasil itu membuat selisih yield dengan surat utang RI makin sempit, menyentuh 219 basis poin hingga mengikis pamor SUN.
Pagi ini, seperti dilihat dari data realtime OTC Bloomberg, mayoritas tenor SUN bergerak naik imbal hasilnya dalam kisaran terbatas. Yield 2Y kini di 6,505%, lalu yield 5Y ada di 6,531% dan 10Y ada di 6,771%.
Pernyataan hawkish dari para pejabat Federal Reserve (The Fed), kembali menaikkan pamor dolar AS. Rezim higher for longer kemungkinan akan bertahan lebih lama ketimbang perkiraan para pelaku pasar.
Ditambah kekhawatiran makin luasnya perang dagang karena rencana baru Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor pada produk-produk otomotif, farmasi dan cip semikonduktor, secepatnya pada awal April.
Hari ini, Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur untuk kebijakan bunga acuan. Konsensus Bloomberg sejauh ini masih memperkirakan BI akan menahan bunga acuan di 5,75%.
Namun, sebanyak 14 dari 35 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan lagi sebesar 25 basis poin ke level 5,50%.
Bahkan ada yang memprediksi BI mungkin akan menurunkan hingga 50 basis poin ke level 5,25% menyusul berbagai kebijakan Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang berambisi mengerek pertumbuhan ekonomi.
Pasar juga mencermati peningkatan ketegangan di lanskap politik dalam negeri yang memicu aksi protes elemen masyarakat sipil di berbagai tempat mungkin akan membuat para investor menahan diri untuk melanjutkan belanja di pasar saham.
Kekhawatiran yang mulai merebak terkait pembentukan badan investasi kakap, Danantara, akan dicermati oleh pelaku pasar karena itu akan melibatkan perusahaan-perusahaan BUMN besar termasuk perbankan pelat merah.
(rui)
































