Dalam hal tembaga, Audi menilai proyek smelter Tongling Nonferrous dan Chifeng Jintong akan mendorong impor konsentrat tembaga China naik 5,6% dibandingkan dengan 2024. “Hal ini masih akan menjadi angin segar untuk Indonesia,” tuturnya.
Dia juga menilai timah masih berada di tren positif dengan tren impor dari China tercatat tumbuh 55% secara bulanan pada Oktober 2024.
“Kami melihat ada potensi penguatan [harga] mineral pada 2025 dengan paket stimulus China yang juga mencakup proyek infrastruktur dan pengembangan teknologi hijau,” ujarnya.
Kondisi tersebut lanjut Audi sebenarnya sudah pernah terjadi saat perang dagang AS-China ‘Jilid I’ pada periode pertama pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Berkaca pada data kenaikan tarif China pada saat itu, Audi mengatakan justru terjadi peralihan permintaan untuk mineral ke beberapa negara lain seperti Vietnam, Indonesia, dan Afrika.
Meski demikian, dari sisi harga, memang terjadi kenaikan pada mineral pada periode pertama Trump atau Januari 2017—Desember 2021. Saat itu, nikel naik 100% ke level US$20.000 per ton dan tembaga 76% ke level US$9.700/ton.
Nikel dilego di US$15.756/ton di London Metal Exchange (LME) pada penutupan Jumat (7/2/2025), turun 0,35% dari hari sebelumnya. Sementara itu, tembaga dan timah diperdagangkan di US$9.407,50/ton dan US$31.109/ton, masing-masing menguat 1,41% dan 0,35% secara harian.
Awal yang Sulit
Pasar logam dasar mengalami awal tahun yang sulit, dihantam oleh kekhawatiran perang dagang, serta kekhawatiran tentang permintaan yang lesu di China selaku konsumen utama.
Pada saat perang dagang yang berkepanjangan dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi di ekonomi terbesar di Asia, ada juga spekulasi bahwa Beijing akan meningkatkan upaya stimulus, yang mungkin berdampak positif bagi konsumsi logam.
Tembaga menjadi salah satu logam yang mempertahankan kenaikan paling kuat pekan ini di LME lantaran investor mempertimbangkan dampak perang dagang AS-China.
Beijing memberlakukan tarif balasan pada sejumlah produk AS pada Selasa pekan ini dan mengumumkan penyelidikan terhadap Google, beberapa saat setelah Trump mengenakan pungutan 10% pada impor China.
China memberlakukan kontrol ekspor pada sejumlah logam khusus — terutama tungsten — sebagai bentuk lebih lanjut dari dominasinya dalam mineral penting.
(wdh)































