Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tren penurunan harga batu bara saat ini tidak akan serta-merta memengaruhi tarif listrik di dalam negeri.

Hal itu karena PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN membeli batu bara ke pengusaha menggunakan harga domestic market obligation (DMO) senilai US$70/ton.

Enggak [tarif listrik tidak terpengaruh], kan [belinya] US$70 [harga DMO] masih kan sekarang,” kata Tri saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (7/2/2025).

Tri menjelaskan sejatinya harga batu bara mengikuti mekanisme pasar terkait dengan sisi permintaan dan penawaran. Namun, pada perkembangan saat ini, kondisi politik dunia juga ikut memengaruhi pasar, seperti dinamika kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

“Harga batu bara itu enggak hanya [dipengaruhi] supply demand, tetapi kondisi politik juga berpengaruh. Politiknya dunia seperti apa pasti juga berpengaruh. Pak Trump kemarin ngomong balik [fokus] ke [energi] fosil, sempat naik juga harga batu bara. Jadi dinamis banget lah,” ucap Tri. 

Balikpapan Coal Terminal (BCT) dimiliki dan dioperasikan oleh Bayan Group (Dok. PT Bayan Resources)

Dahulu, ketika harga minyak naik, harga batu membutuhkan waktu sekitar 2—3 bulan untuk ikut naik. Namun, kata Tri, saat ini fenomena tersebut sudah tidak berlaku.

“Dahulu itu kalau misalnya harga minyak naik, itu diikutin 2—3 bulan kemudian harga batu bara ikut naik. Sekarang itu rumusan itu sudah enggak ada juga,” imbuhnya.

Kementerian ESDM melaporkan realisasi kewajiban pemenuhan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri atau DMO batu bara sepanjang 2024 mencapai mencapai 233 juta ton. Angka ini melebihi target DMO batu bara periode 2024 yang dipatok sejumlah 220 juta ton.

Harga batu bara jatuh tidak kunjung mampu keluar dari jerat tren negatif. Pada Kamis (7/2/2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini dihargai US$ 108,95/ton, terendah sejak Mei 2021 atau lebih dari 3 tahun terakhir.

Mengutip Trading Economics, harga batu bara Newcastle jatuh hingga di bawah US$116 per ton, tidak jauh dari level terendah empat tahun di US$114 yang dicapai pada 10 Januari 2025, di tengah kekhawatiran yang masih ada tentang kelebihan pasokan. 

Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China mengumumkan bahwa produksi akan meningkat 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada2025 setelah mencatat rekor pada 2024. Badan tersebut mengutip peningkatan kapasitas penambangan untuk menghindari risiko ketersediaan dari batasan emisi karbon dan penutupan tambang akibat pelanggaran protokol keselamatan.

Sementara itu, China mengancam akan mengenakan tarif pada batu bara AS pekan depan jika AS mempertahankan pembatasan menyeluruhnya terhadap Negeri Panda. Namun, dampaknya terhadap batu bara termal minimal, karena impor AS mencapai 0,8% dari pembelian batu bara termal asingChina pada 2024.

(wdh)

No more pages