Bloomberg Technoz, Jakarta - Ahli gizi masyarakat dr Tan Shot Yen menanggapi penggunaan ikan kaleng yang akan diajukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk memenuhi protein pengganti ikan segan di menu makan bergizi gratis (MBG).
Menurut dr Tan ikan kaleng atau ikan olahan memiliki kelemahan yang harus diperhatikan. Salah satunya karena mengandung kandungan garam yang tinggi.
“Kelemahan produk prosesan adalah imbuhannya: lemak (dari minyaknya) dan garam tinggi. Dan acceptability pihak penerima, sebab ikan sarden kaleng kan tidak senikmat pepes ikan kembung,” ujar dr Tan kepada Bloomberg Technoz, Rabu (13/11/2024).
Di sisi lain, pakar kesehatan Dicky Budiman mengutarakan penggunaan ikan kalengan dianggap cukup tepat untuk mengatasi tantangan gizi di Indonesia. Khususnya, dengan banyak variasi kemampuan ekonomi, akses dan sebagainya.
“Sehingga, penggunaan ikan kalengan sebagai sumber protein di program MBG langkah yang strategis. Ikan terutama jenis tuna dan sarden mengandung protein berkualitas tinggi, asam lemak omega 3, vitamin D, mineral penting lainnya yang bermanfaat untuk pertumbuhan anak,” ujar Dicky saat berbincang.
“Kenapa strategis? Karena ikan sumber protein dan nutrisi yang mudah distribusikan, ini tantangan khas negara kepulauan apalagi di wilayah terpencil dan tidak terjangkau, karena umur simpan ikan kaleng lebih lama dari ikan segar,” tambah Dicky.
Walau begitu, Dicky juga mengingatkan terkait juga kadar garam dan pengawet yang tinggi di ikan kaleng. Sehingga hal ini harus menjadi catatan penting untuk pemerintah sebelum mendistribusikannya.
“Namun ada catatan, ikan kalengan berpotensi kadar garam dan pengawet yang tinggi ini yang harus diperhatikan, mitigasi dan meminimalisir. Terutama karena ini dikonsumsi anak-anak dalam jangka panjang sehingga penting memperhatikan jenis ikan kalengan yang dipilih dan proses pengolahannya,” ungkap Dicky.
(spt)