Logo Bloomberg Technoz

“Jelas penjualan kembali [barang bekas] bukanlah hal iseng-iseng,” kata salah satu pendiri dan CEO ThredUp, James Reinhart kepada Bloomberg Green.

Dia juga mengatakan, sejumlah jenama juga melihat tren pembelian barang bekas sebagai hal penting yang perlu diperhatikan pada agenda keberlanjutan produk atau perusahaan mereka. 

“Ketika saya berbicara dengan merek [perusahaan] hari ini, pertanyaannya bukan apakah mereka akan terlibat dalam penjualan kembali – tetapi bagaimana,” kata dia.

Perusahaan fesyen memang tengah berupaya terlibat dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca, serta polusi plastik pada air. Mereka mendapat kritik karena sejumlah pakaian tercatat sebagai salah satu sampah yang menyebabkan sejumlah polusi, terutama plastik.

Pilihan produk pakaian yang berkelanjutan atau ramah lingkungan bisa menjadi jawaban. Produk yang dihasilkan tersebut tak hanya menjawab kebutuhan masyarakat tapi juga menjaga lingkungan. 

Apakah munculnya model bisnis pakaian juga akan menghasilkan pengurangan jumlah produksi barang baru, atau permintaan konsumen akan barang baru tentu masih menjadi sebuah pertanyaan terbuka.

GlobalData sempat mengelar survei kepada 3.000 orang dewasa di Amerika Serikat. Hasilnya, 83% responden dari Generasi Z mengatakan, pernah dan terbuka untuk melakukan belanja pakaian bekas.

(bbn)

No more pages