Logo Bloomberg Technoz

Nikel Makin Agresif Dekati US$20 Ribu Setelah Rusia Diblokir LME

Dovana Hasiana
23 April 2024 09:25

Seorang pekerja memegang sepotong bijih dengan campuran mineral dan logam di tambang./Bloomberg-Cole Burston
Seorang pekerja memegang sepotong bijih dengan campuran mineral dan logam di tambang./Bloomberg-Cole Burston

Bloomberg Technoz, Jakarta – Harga nikel makin merangsek naik mendekati US$20.000/ton setelah London Metal Exchange (LME) memblokir pengiriman logam baru dari Rusia, menyusul sanksi teranyar yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Nikel di LME diperdagangkan di level US$19.739/ton pada penutupan Senin (22/4/2024) waktu setempat, menguat 2,14% dari penutupan Jumat. Ini sekaligus level harga tertinggi komoditas mineral logam andalan Indonesia itu sepanjang tahun berjalan.

Pada penutupan akhir pekan lalu, penguatan harga nikel bahkan mencapai 4,13% menjadi US$19.326/ton.

Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Djoko Widajatno mengatakan sanksi AS terhadap akses logam Rusia di LME memicu kekhawatiran pasokan nikel dunia bakal makin ketat dan pada akhirnya mengerek harga di luar ekspektasi pasar.

“Otoritas Barat melarang pengiriman pasokan [logam baru yang diproduksi setelah 13 April dari]  Rusia pada Jumat, melarang bursa perdagangan logam [LME] menerima aluminium, tembaga, dan nikel baru yang diproduksi oleh negara tersebut,” ujar Djoko ketika dihubungi, Selasa (23/4/2024).

Logam Rusia sudah menyumbang 91% dari stok aluminium LME. (Sumber: Bloomberg)