Logo Bloomberg Technoz


Sanksi tersebut juga melarang Rusia melakukan ekspor mineral logam ke Amerika Serikat dan Inggris. Walhasil, pasar dipenuhi oleh kekhawatiran terhadap pasokan nikel.

Sanksi baru itu, kata Djoko, diberikan untuk membatasi pendapatan Rusia dari ekspor logam yang sedianya hendak digunakan untuk mendanai operasi militer Negeri Beruang Merah di Ukraina.   

Risiko Pasar

Di sisi lain, kalangan analis berpendapat pembatasan yang dilakukan Barat tersebut tidak akan menghentikan penjualan Rusia. Alih-alih, kondisi itu rawan memicu masuknya gelombang persediaan logam lama Rusia ke pasar, sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar komoditas.

Senior Investment Analyst Stockbit Anggaraksa Arismunandar mengatakan harga nikel yang pertama kalinya berhasil menembus level di atas US$19.000/ton sejak September 2023 disebabkan 3 faktor.

Pertama, larangan perdagangan atas produk logam nikel buatan Rusia yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat dan Inggris.

Kedua, keterlambatan persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pertambangan nikel di Indonesia yang berpotensi mengurangi pasokan.

Ketiga, beredarnya kabar bahwa otoritas China tengah berencana untuk melakukan pembelian produk nickel pig iron [NPI] hingga 200.000 ton,” ujar Anggaraksa. 

Indonesia raja nikel dunia./dok. Bloomberg


Penguatan harga nikel pekan ini berada di luar ekspektasi pasar. Sebelumnya, harga nikel pada 2024 diestimasikan anjlok lebih dalam dari perkiraan awal, seiring dengan masih tingginya risiko surplus pasokan global terutama dari Indonesia. Meski demikian, permintaan nikel tahun ini diperkirakan tetap solid.

Dalam kaitan itu, BMI —lengan riset dari Fitch Solutions Company — memproyeksikan rerata harga nikel untuk tahun ini akan bertengger di US$18.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$20.000/ton.

Nikel terpelanting sepanjang 2023, dengan harga rata-rata tahun lalu turun 15,3% menjadi US$21.688/ton dari US$25.618/ton pada 2022. Kemerosotan itu dipicu oleh pasar yang terlalu jenuh ditambah dengan lesunya permintaan.

“Kami memperkirakan dinamika serupa akan membatasi pertumbuhan harga nikel pada 2024 seiring dengan makin majunya produksi dari produsen utama, China Daratan dan Indonesia,” papar BMI dalam laporan awal April.

(wdh)

No more pages