Logo Bloomberg Technoz

Nilai rupiah di pasar offshore pada penutupan pekan lalu di New York, masih terpantau melemah tipis ke kisaran Rp16.224-Rp16.236/US$.

Level itu masih lebih kuat dibanding posisi penutupan di pasar spot di level Rp16.255/US$, sedikit memberikan sinyal bahwa rupiah hari ini cenderung bergerak konsolidasi dan mungkin masih punya peluang penguatan.

Pekan ini, di lanskap pasar global, pemodal menunggu rilis data penjualan rumah di Amerika, lalu indikator manufaktur S&P Global, juga data pertumbuhan ekonomi dan data konsumsi pribadi.

Dari regional Asia, Bank of Japan dijadwalkan mengumumkan kebijakan bunga acuan pekan ini, ada juga rilis data pertumbuhan ekonomi dan inflasi harga produsen di Korea Selatan, data inflasi Australia, juga data bunga kredit perbankan China.

Konsensus BI Rate

BI akan menggelar RDG selama dua hari yaitu 23-24 April di tengah tekanan yang memuncak terhadap rupiah yang telah menjebol level terlemah dalam empat tahun terakhir. Konsensus 22 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sejauh ini masih memperkirakan bank sentral akan kembali mempertahankan bunga acuan BI rate di level 6%.

Hanya 7 dari 22 ekonom yang memprediksi BI akan menaikkan bunga acuan sebesar 25 bps pada Rabu nanti. Itu di luar prediksi beberapa ekonom asing dari beberapa bank investasi global seperti Barclays, Nomura, juga Bloomberg Economics yang memprediksi kemungkinan ada kenaikan BI rate pekan ini.

Pelaku pasar juga terlihat sudah siap bila BI akhirnya mengambil kebijakan restriktif. Yield surat utang RI tenor pendek 2Y saat ini 6,98%, nyaris tak berjarak dengan imbal hasil tenor panjang 10Y yang kini di kisaran 7,01%. 

Sementara saham-saham perbankan juga mengalami pekan terburuk di mana investor banyak melepas kepemilikannya, kemungkinan mengantisipasi kenaikan BI rate. Saham bank besar, BBRI mencatat net sell hingga Rp1,3 triliun, BBCA juga tertekan oleh net sell hingga Rp963 miliar, sementara BBNI dan BMRI di angka lebih sedikit di bawah Rp300 miliar net sell

Laporan Bank Indonesia menyebut, nilai capital outflow mencapai Rp21,46 triliun hanya dalam rentang 16-18 April saja. Pemodal asing melepas Rp9,79 triliun surat berharga negara (SBN), lalu sebanyak Rp3,67 triliun di saham dan di Sertifikat Rupiah sebesar Rp8 triliun. 

Alhasil, sepanjang tahun ini sampai data 18 April, nonresiden mencatat posisi jual neto Rp38,66 triliun di pasar SBN, beli neto Rp15,12 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp12,90 triliun di SRBI.

Bila tekanan jual di pasar surat utang dan saham masih akan berlanjut, rupiah akan sulit untuk bangkit meninggalkan zona Rp16.000-an/US$.

Berikut ini jadwal penting pekan ini yang perlu diperhatikan oleh investor:

Senin, 22 April

  • Keputusan sengketa Pilpres MK
  • Rilis data neraca dagang RI Maret
  • Data bunga pinjaman perbankan China jangka pendek dan menengah
  • Data pertumbuhan ekonomi Uni Eropa 2023
  • Data Indeks Keyakinan Konsumen Zona Euro

Selasa, 23 April

  • Rapat Dewan Gubernur BI hari pertama
  • Data S&P Global Manufakturing Index AS
  • Data penjualan rumah baru di AS
  • Rilis data inflasi harga produsen Korea Selatan
  • Rilis data inflasi IHK Singapura

Rabu, 24 April

  • Keputusan BI Rate oleh RDG Bank Indonesia
  • Rilis data inflasi IHK Australia kuartal 1-2024
  • Rilis data pemesanan barang tahan lama (durables goods order) AS
  • Data pengajuan kredit perumahan AS

Kamis, 25 April

  • Data pertumbuhan ekonomi kuartal 1-2024 Korea Selatan
  • Rilis data inflasi IHK Malaysia Maret
  • Data pertumbuhan ekonomi AS kuartal 1-2024 tahunan
  • Data konsumsi pribadi AS
  • Indeks inflasi PDB AS dan indeks inflasi inti
  • Data klaim pengangguran awal dan lanjutan

Jumat, 26 April

  • Data inflasi PCE dan inflasi inti PCE Amerika Maret
  • Data belanja pribadi AS bulan Maret
  • Data pendapatan pribadi AS bulan Maret
  • Data inflasi Jepang bulan April
  • Keputusan kebijakan bunga acuan Bank of Japan

(rui)

No more pages