Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Hingga saat ini, nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan dari dolar Amerika Serikat (AS). 

Pada awal perdagangan hari ini, rupiah kembali melemah atau terdepresiasi 0,52% dan berada di Rp 16.260/US$ dibandingkan hari sebelumnya. Ini juga menjadi yang terlemah sejak April 2020 atau 4 tahun terakhir.

Pelemahan rupiah juga bakal berimbas negatif maupun positif terhadap sejumah saham-saham emiten. Terutama, mereka yang memiliki komponen keuangan seperti pendanaan dalam dolar AS.

Sebaliknya, pelemahan rupiah juga memberikan dampak positif, seperti untuk emiten yang memiliki penjualan ekspor dan pendapatan dalam dolar AS.

Analis RHB Sekuritas Michael W Setjoadi mengatakan, sejumlah sektor yang diprediksi dapat menerima manfaat dari pelemahan rupiah salah satunya yakni perkebunan.

"Jika nilai tukar rupiah turun 1%, maka pendapatan atau net profit di  sektor ini dapat mencapai 5,15%," ujarnya, Rabu (17/4/2024). 

Untuk sektor perkebunan, Michael merekomendasikan saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk (LSIP). Target harga ada di Rp1.220/saham.

Untuk sektor saham batu bara dan pertambangan, setiap penurunan rupiah terhadap dolar AS sebesar 1%, diprediksi akan mengerek laba bersih di sektor ini sebesar 2,76%. 

Untuk sektor ini, Michael merekomendasikan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), United Tractors (UNTR), dan Antam (ANTM).

Bukan hanya diuntungkan dari depresiasi rupiah. Emiten komoditas nikel dan emas juga mendapat sentimen positif tambahan. "Yang saat ini lebih didukung oleh larangan nikel Rusia dan harga emas yang lebih kuat," imbuh Michael.

Untuk sektor minyak dan gas (migas), laba bersih diperkirakan naik 1,70% dari setiap depresiasi rupiah sebesar 1%.

Di sektor ini, Michael merekomendasikan saham PT Medco Energy Internasional Tbk (MEDC). Target harga ada di Rp1.830/saham. 

Saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), yang juga diuntungkan dari sentimen melonjaknya harga minyak dunia.

Sementara itu, Michael juga memprediksi terdapat beberapa sektor saham yang tersulut sentimen negatif atas pelemahan rupiah.

Beberapa sektor tersebut yakni properti yang laba bersihnya diperkirakan minus 0,41% untuk setiap pelemahan rupiah sebesar 1%. Kemudian, laba bersih sektor poultry  diperkirakan minus 3,86%, dan infrastruktur dan jasa konstruksi sebesar 2,40%, untuk setiap depresiasi rupiah sebesar 1%.

Michael memberikan catatan tambahan untuk sektor poultry. Pasalnya, sektor ini sudah tak lagi mendapat sentimen positif sejalan dengan berakhirnya momentum puasa dan lebaran. Sehingga, permintaan daging hingga sayur-sayuran berkurang.

Sementara itu, sektor infrsatruktur masih tertekan dengan adanya ekspektasi penundaan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed, seiring dengan data inflasi yang masih tinggi.

(ibn/dhf)

No more pages