Logo Bloomberg Technoz

Investor di kawasan harus bersiap menghadapi penurunan suku bunga yang lebih sedikit pada tahun 2024 ini, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya – satu atau dua kali – dan potensi pergerakan pertama yang tidak akan terjadi hingga pertemuan Juli, menurut Larry Tentarelli dari Blue Chip Daily Trend Report, seperti yang diwartakan Bloomberg News.

“Meskipun kami memahami betapa leganya laporan terbaru, tidak ada hal yang menggembirakan di dalamnya — dan hal terbaik yang bisa dikatakan adalah 'Tidak ada kabar buruk baru' juga,” kata Michael Shaoul dari Marketfield Asset Management.

Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan bahwa The Fed masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan untuk menahan tekanan harga dan dapat mengambil waktu sebelum memangkas suku bunga acuan.

Pada Maret, inflasi inti tercatat meningkat 0,4% dibandingkan Februari. Angka ini di atas konsensus pasar yang memperkirakan di angka 0,3%.

Sudah tiga bulan inflasi berada di atas ekspektasi pasar.

Investor kini memperkirakan Fed hanya akan menurunkan suku bunga acuan dua kali tahun ini, dimulai pada September mendatang. Ini kurang dari Dot Plot The Fed terbaru, yang mengindikasikan penurunan tiga kali di sepanjang 2024.

Bahkan pada awal tahun ini, pasar memperkirakan Federal Funds Rate bisa turun sampai dengan enam kali.

“Anda bisa ucapkan selamat tinggal buat penurunan suku bunga acuan pada Juni. Tidak ada perkembangan, kita berjalan di arah yang salah,” papar Torsten Slok dari Apollo Global Management.

“Fed belum selesai dalam memerangi inflasi, dan suku bunga akan tetap Higher for Longer. Kami bahkan memperkirakan Fed tidak akan menurunkan suku bunga tahun ini,” jelasnya.

Bursa Saham Asia tidak tersengat kenaikan yang terjadi di Wall Street. Dini hari tadi waktu Indonesia, S&P 500, dan Nasdaq Composite melonjak dan menguat masing-masing 0,74%, dan juga 1,68%. Sedang, Dow Jones Industrial Average (DJIA) melaju stagnan.

Dari hasil tersebut, indeks utama AS semalam terdorong laju saham perusahaan-perusahaan teknologi terbesar di dunia yang rebound dengan kenaikan terbaiknya. Seperti halnya saham Apple Inc yang berhasil menguat 4,33%, serta Tesla Inc yang menghijau 1,65%.

Perekonomian yang solid diperkirakan mendorong peningkatan pertumbuhan laba bagi perusahaan-perusahaan AS – dan margin yang kuat dari perusahaan teknologi besar akan menjadi pendorong utama.

“Bukan penurunan suku bunga Federal Reserve yang mendorong pasar bergerak maju, melainkan pendapatan,” kata George Ball, dari Sanders Morris.

“Pendapatan perusahaan jauh lebih kuat daripada yang diperkirakan masyarakat secara luas bahkan dalam kondisi suku bunga yang tinggi,” pungkas dia.

(fad/wep)

No more pages