Logo Bloomberg Technoz

Adapun, Bahlil menyebutkan proyek tersebut belum memiliki realisasi lantaran masih menyelesaikan eksplorasi tahap akhir.

“Potensi pabrik HPAL minimal 60.000 ton nikel per tahun dalam mixed hydroxide precipitate (MHP). Ini akan menggandeng international automaker atau non-Chinese [dan] investor lainnya,” ujar Bahlil dalam paparannya. 

Bahlil mengatakan nilai investasi tersebut mencapai Rp30 triliun berupa pabrik dan tambang.

Smelter nikel PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan./Bloomberg-Dimas Ardian

3 Megaproyek 

Arifin Tasrif mengatakan sebelumnya PT Vale Indonesia (INCO) memiliki tiga megaproyek sebagai komitmen investasi dengan nilai US$9,2 miliar. Di antaranya :

1. Tambang Nikel dan HPAL Sorowako

Tambang nikel akan beroperasi pada 2027, sementara smelter HPAL dalam proses penyusunan kesepakatan kerja sama definitif dengan Huayou. Nilai investasinya mencapai US$2 miliar.

Pabrik itu bakal menghasilkan MHP yang menjadi bahan baku untuk baterai kendaraan listrik. Selain itu, fasilitas pengolahan tersebut ditargetkan sanggup memproduksi 60.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk MHP.

2. Tambang nikel dan HPAL Pomalaa 

Arifin mengatakan tambang nikel akan beroperasi pada 2026, di mana terkait dengan smelter HPAL telah penandataganan definitive agreement. Nilai investasi mencapai US$4,6 miliar.

Proyek smelter berbasis HPAL dengan kapasitas 120.000 ton nikel dalam format MHP ini berlokasi di Blok Pomalaa. Proyek ini hasil patungan INCO dengan Huayou dan Ford Motor Co yang diteken sejak Maret tahun lalu, yang membentuk perusahaan patungan bernama PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI).

3. Tambang nikel dan RKEF Bahodopi 

Arifin menjelaskan Tambang nikel akan beroperasi pada tahun 2026. Adapun, proyek yang memiliki investasi US$2,6 miliar merupakan joint venture dengan Xihai dan Tisco dalam rangka pengembangan pengolahan nikel di Xinhal Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. 

(dov/wdh)

No more pages